Tarbiyatul Abna (Islamic Parenting)
3.56K subscribers
51 photos
3 files
53 links
Kumpulan Tips untuk Menjadi Orang Tua Muslim yang Sukses. Diasuh oleh Ustadz Wira Mandiri Bachrun Al Bankawy.
Download Telegram
Tidak Suka dengan Lahirnya Anak Perempuan

Termasuk kesalahan dalam mendidik anak, atau bahkan kesalahan dalam aqidah adalah murka dengan lahirnya anak perempuan.

Tidak suka dengan lahirnya anak perempuan adalah praktek jahiliyah dan akhlak masyarakat jahiliyah yang telah dicela oleh Allah di dalam firman-Nya:


وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (58) يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ (59)

“Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan (kelahiran) anak perempuan, hitamlah mukanya, dan dia menjadi sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak, disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan tetap memelihara anak tersebut dengan menanggung rasa malu ataukah akan menguburkannya ke dalam tanah (hidup-hidup)? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu.” (An Nahl: 58-59)

Murka karena diberi bayi perempuan merupakan perkara yang sangat berbahaya, membuat orang terjatuh pada:

1. Penentangan terhadap takdir Allah

2. Penolakan terhadap pemberian Allah, yang harusnya dia syukuri. Ini akan mendatangkan kemurkaan Allah

3. Meniru akhlak masyarakat jaahiliyah

4. Menunjukkan kebodohan dan kedunguan serta ketidakcerdasan.

5. Membebani wanita di luar batas kemampuannya. Sebagian mereka murka kepada para istri karena hanya bisa memberikan anak perempuan. Dia tidak sadar bahwa dialah penyebab lahirnya anak perempuan itu. Ketika anaknya laki-laki dia mengatakan bahwa itu karena usahanya, maka kenapa ketika bayinya laki-laki dia tidak salahkan dirinya? Namun ketika perempuan dia menyalahkan pihak istri karena melahirkan bayi perempuan.

6. Di dalamnya terdapat penghinaan dan perendahan derajat wanita.

Wallahu a'lam bisshawab.

📚Referensi: Ath Thaqshir fi Tarbiyatul Abna, DR. Muhammad bin Ibrahim Al Hamd.

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
💞BERBUAT ADIL KEPADA ANAK-ANAK💝

Termasuk kesalahan dalam mendidik adalah membeda-bedakan dalam memperlakukan anak baik dari sisi materi maupun dari sisi kasih sayang.

Akibat sikap yang tidak adil ini cukup membahayakan. Di antaranya: Sebagian anak jadi durhaka karena berpikiran bahwa dulu dia tidak disayang seperti saudaranya, maka dia merasa berhak untuk tidak berbakti.

Akibat lainnya adalah muncul sikap iri dan saling membenci antar anak. Atau paling minim akan membuat renggang hubungan mereka bahkan sampai mereka dewasa kelak.

Tidak mengapa memberikan sesuatu yang dibutuhkan oleh salah seorang anak tapi tidak diberikan kepada yang tidak membutuhkan. Seperti ada yang sakit, maka diberi biaya pengobatan, yang lainnya tidak. Atau memberikan biaya pendidikan sesuai dengan yang dia butuhkan. Anak yang sedang kuliah tentu berbeda biayanya dengan anak yang masih sekolah di pendidikan rendah.

Yang harus adil itu kalau sifatnya hadiah atau pemberian tanpa adanya kebutuhan, di mana dia mengkhususkan pemberian tersebut kepada salah seorang anak dan tidak memberikan kepada yang lainnya maka ini menafikan keadilan.

📚 Para ulama berbeda pendapat tentang berbuat adil kepada anak dalam pemberian. Mayoritas para ulama berpendapat hukumnya hanyalah sunnah-mustahab saja. Namun sebagian ulama yang lain seperti Imam Ahmad dan Imam Ishaq bin Rohawaih berpendapat wajib berdalilkan dengan kisah An Nu’man bin Basyir dalam Shahih Al Bukhari dan Muslim

💝 An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma yang ketika itu berada di atas mimbar berkata, “Ayahku memberikan hadiah padaku.” Lantas ibunya Nu’man, ‘Amroh bintu Rowahah berkata, “Aku tidak ridho sampai engkau mempersaksikan hal itu pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.” Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam datang, lantas Basyir (ayah Nu’man) berkata, “Aku telah memberikan hadiah pada anak laki-lakiku dari istriku, ‘Amroh bin Rowahah. Lalu istriku memerintah padaku untuk mempersaksikan masalah hadiah ini padamu, wahai Rasulullah.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bertanya pada Basyir, “Apakah engkau memberi anak-anakmu yang lain seperti anakmu itu?” “Tidak”, begitu jawaban Basyir. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

“Bertakwalah pada Allah. Bersikap adillah terhadap anak-anakmu.” An Nu’man berkata bahwa ayahnya kembali dan menarik hadiah tersebut.

Kecintaan yang lebih kepada salah seorang anak adalah suatu hal yang wajar, sebagaimana orang yang berpoligami. Walaupun dia lebih mencintai salah seorang istrinya, tapi tetap dia harus berbuat adil. Demikian pula dalam memperlakukan anak, haruslah tetap adil.

Kadang kecintaan yang berlebih dan tampak di mata anak-anak bisa melahirkan sikap ekstrim sebagaimana yang terjadi pada anak-anak Nabi Ya’qub yang merasa bahwa ayahnya lebih cinta kepada nabi Yusuf dan saudaranya Bunyamin.

Anak-anak Nabi Ya’qub sampai tega untuk merencanakan pembunuhan kepada Yusuf atau membuang Yusuf sehingga perhatian ayah mereka bisa berpaling kepada mereka. Tidak lagi kepada Yusuf.

Karena itu walaupun lebih cinta kepada salah seorang anak, tapi tidak boleh bagi orang tua untuk terlalu menampakkannya di hadapan anaknya yang lain karena bisa menimbulkan kecemburuan kepada anak yang lain.

Tapi diperbolehkan untuk membanggakan salah seorang anak bila tujuannya untuk memotivasi anak yang lain, bukan untuk merendahkan mereka. Seperti mengatakan, “Kakak kalian ini rajin sholat, coba kalian tiru!” “Saudara kalian ini sopan dan santun ucapannya, hendaknya kalian bisa meneladaninya.”

Wallahu a'lam bisshawab.

Referensi:
- Fiqh Tarbiyatil Abna', Syaikh Musthafa Al Adawi
-At Taqshir fi Tarbiyatil Abna', Syaikh DR. Muhammad Ibrahim Hamd.

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
💜 TUNTUNAN RINGKAS AQIQAH 💖

👉🏻 Aqiqah adalah menyembelih hewan sembelihan dalam rangka kelahiran anak. Bagi anak laki-laki, disembelih baginya dua ekor kambing atau domba, bagi anak perempuan satu ekor saja.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مع الغلام عقيقة فأهريقوا عنه دمه وأميطوا عنه الأذى

“Aqiqah dilaksanakan karena kelahiran bayi, maka sembelihlah hewan dan hilangkanlah semua gangguan darinya.”(HR. Al Bukhari)

Menghilangkan gangguan di dalam hadits ini maknanya adalah mencukur rambutnya, sebagaimana yang riwayat dari Samurah bin Jundub radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

كل غلام رهينة بعقيقته تذبح عنه يوم سابعه ويحلق ويسمى

“Setiap anak tergadaikan dengan aqiqahnya yang pada hari ketujuhnya disembelih hewan (kambing), diberi nama dan dicukur rambutnya.” (HR. Ashabus Sunan)

📚HUKUM AQIQAH

Mayoritas ulama berpendapat bahwa aqiqah hukumnya sunnah mustahab sebagaimana yang disebutkan oleh Asy Syaukani di dalam Nailul Author.

👉🏻JUMLAH HEWAN YANG DISEMBELIH

Sebagaimana yang disampaikan di atas, jumlah hewan yang disembelih adalah dua ekor bagi anak laki-laki dan satu ekor bagi anak wanita. Dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wasallam,

عن الغلام شاتان مكافئتان وعن الجارية شاة

“Bayi laki-laki dengan dua kambing yang sama dan bayi perempuan satu kambing.” (HR. Ahmad)

👉🏻 DISUNNAHKAN BERSHADAQAH DI HARI AQIQAH

Disunnahkan pula di hari aqiqah, orang tua mencukur rambut anak untuk kemudian ditimbang dan bershadaqah perak seberat timbangan rambut tersebut, atau dengan sejumlah uang senilai kadar perak tersebut.

Dalilnya adalah hadits Fatimah putri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika melahirkan Hasan. Rasulullah bersabda,

احلقي رأسه وتصدقي بوزن شعره فضة على المساكين

“Cukurlah rambutnya dan bersedekahlah dengan perak seberat timbangan rambutnya kepada orang miskin.” (HR. Ahmad)

7⃣ WAKTU AQIQAH PADA HARI KETUJUH

Waktu yang paling afdhal untuk melakukan aqiqah adalah hari ketujuh dari kelahiran bayi. Sebagian ulama membolehkan yang setelah itu seperti pada hari keempat belas atau kedua puluh satu atau yang lebih daripada itu.

🍖 BOLEHNYA MEMBUAT JAMUAN MAKAN AQIQAH

Boleh membagikan daging aqiqah dalam keadaan mentah, akan tetapi lebih utama apabila dibagikan dalam keadaan sudah dimasak. Diperbolehkan juga untuk mengundang sanak famili dan tetangga untuk makan bersama daging sembelihan tersebut.

Al Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

هَذَا لِأَنَّهُ إِذا طبخها فقد كفى الْمَسَاكِين وَالْجِيرَان مُؤنَة الطَّبْخ وَهُوَ زِيَادَة فِي الْإِحْسَان وشكر هَذِه النِّعْمَة ويتمتع الْجِيرَان وَالْأَوْلَاد وَالْمَسَاكِين بهَا هنيئة مكفية الْمُؤْنَة فَإِن من أهدي لَهُ لحم مطبوخ مُهَيَّأ للْأَكْل مُطيب كَانَ فرحه وسروره بِهِ أتم من فرحه بِلَحْم نيء يحْتَاج إِلَى كلفة وتعب

“Apabila dia memasaknya, maka ini semakin menyempurnakan pemberiannya kepada orang-orang miskin dan para tetangga. Ini akan menambah kebaikan serta rasa syukur terhadap nikmat tersebut. Para tetangga, anak-anak serta orang-orang miskin dapat menikmati hidangan itu dengan gembira, karena orang yang menerima daging yang sudah dimasak, siap untuk dimakan dan enak rasanya tentu merasa lebih gembira dibandingkan pemberian daging mentah yang masih membutuhkan tenaga dan capek untuk mengolahnya.”

Wallahu a’lam bisshawab.

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
💖PERAN BESAR IBU DALAM MENDIDIK ANAK (1)💖

📝 Di dalam Al Qur’an, Allah telah ingatkan tentang besarnya peran kaum wanita, dalam hal ini para ibu, dalam melahirkan generasi Islam. Bahkan tanpa kehadiran seorang ibu, kita tidak akan lahir di muka bumi ini.

📝 Allah berfirman,

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (١٤)

“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; IBUNYA TELAH MENGANDUNGNYA DALAM KEADAAN LEMAH YANG BERTAMBAH- TAMBAH, DAN MENYAPIHNYA DALAM DUA TAHUN. Bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Luqman: 14).

📝 Allah juga berfirman,

وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ إِحْسَانًا حَمَلَتْهُ أُمُّهُ كُرْهًا وَوَضَعَتْهُ كُرْهًا وَحَمْلُهُ وَفِصَالُهُ ثَلاثُونَ شَهْرًا

“Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya. IBUNYA MENGANDUNGNYA DENGAN SUSAH PAYAH, DAN MELAHIRKANNYA DENGAN SUSAH PAYAH (PULA), MENGANDUNGNYA SAMPAI MENYAPIHNYA ADALAH TIGA PULUH BULAN.” (Al Ahqaf: 15)

🎀 Karena besarnya peran kaum ibu yang tidak bisa dipegang oleh para bapak ini, maka wajarlah bila Allah meninggikan kedudukan mereka tiga kali daripada seorang bapak. Hal ini ditunjukkan di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah.

Beliau berkata,

جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي؟ قَالَ: «أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أُمُّكَ» قَالَ: ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ: «ثُمَّ أَبُوكَ» (رواه البخاري و مسلم)

Ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah seraya berkata, “Ya Rasulullah, siapa manusia yang lebih berhak untuk saya pergauli dengan baik?” Jawab Nabi, “IBUMU.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawab Beliau, “IBUMU.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa lagi?” Beliau menjawab, “IBUMU.” Lalu ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Beliau jawab, “Ayahmu.” (HR. Al Bukhari dan Muslim).

🖊 Al Hafizh Ibnu Hajar ketika menjelaskan hadits ini, beliau mengatakan,

قَالَ بن بَطَّالٍ مُقْتَضَاهُ أَنْ يَكُونَ لِلْأُمِّ ثَلَاثَةُ أَمْثَالِ مَا لِلْأَبِ مِنَ الْبِرِّ قَالَ وَكَانَ ذَلِكَ لِصُعُوبَةِ الْحَمْلِ ثُمَّ الْوَضْعِ ثُمَّ الرَّضَاعِ فَهَذِهِ تَنْفَرِدُ بِهَا الْأُمُّ

“Berkata Ibnu Batthal: Makna dari hadits ini bahwa ibu berhak untuk mendapatkan perlakuan baik tiga kali daripada perlakuan baik kepada bapak. Hal ini karena tiga perkara:

1⃣ Karena kesulitan ketika mengandung

2⃣ Kesulitan karena melahirkan

3⃣ Kesulitan ketika menyusui

Maka dalam ketiga hal ini ibu berkesendirian.

💖 Ajaran Islam juga telah menetapkan, bahwa kedudukan utama wanita adalah sebagai ibu dan pengatur rumah tangga. Syariat Islam juga telah memberikan tanggung jawab kepada wanita terhadap anaknya sejak dini, dimulai dari masa kehamilan, kelahiran, pengasuhan hingga masa penyusuan. Aktivitas ini dapat dikatakan sebagai aktivitas wanita yang paling utama dan mulia, dalam kapasitas kewanitaannya.

Rasulullah shallallahu ’alaihi wasallam telah bersabda,

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَد عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبْوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ

“Setiap bayi lahir dalam keadaan fitrah (suci). IBU bapaknya-lah yang menjadikan Yahudi, Nasrani atau Majusi.” (HR. Al Bukhari)

❗️ Jadi ibu ikut berperan memberikan pendidikan anak. Bahkan kalau diperhatikan, peran ibu membentuk karakter si anak itu lebih dominan daripada peran ayah yang lebih banyak di luar mencari nafkah. (bersambung)

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
💖PERAN BESAR IBU DALAM MENDIDIK ANAK (2)💖

👉🏻 Agar lebih memahami peran ibu terhadap pendidikan anak-anak mereka, marilah kita baca dan renungkan bagaimana peran ibu para ulama kaum muslimin dalam mendidik anak-anak mereka sehingga mereka bisa menjadi para imam, ulama besar kaum muslimin.

📚 KISAH IBU IMAM MALIK BIN ANAS

Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Uwais,

“Aku mendengar pamanku, Malik bin Anas, bercerita, ‘Dulu, sewaktu aku kecil, ibuku biasa memakaikanku pakaian dan mengenakan imamah untukku. Kemudian ia mengantarkanku kepada Rabi’ah bin Abi Abdirrahman. Ibuku mengatakan, ‘Anakku, datanglah ke majelisnya Rabi’ah. Pelajari akhlak dan adabnya sebelum engkau mempelajari hadits dan fikih darinya’.”

Lihatlah bagaimana Ibu Imam Malik mempersiapkan diri Imam Malik dan memotivasi beliau agar mempelajari ilmu dan adabnya para ulama.

📚 KISAH IBU IMAM ASY SYAFI’I

Ayah Imam Asy Syafi’i wafat dalam usia muda. Ibunyalah yang membesarkan, mendidik, dan memperhatikannya hingga kemudian Muhammad bin Idris Asy Syafi’i menjadi seorang imam besar.

Ibunya membawa Muhammad kecil hijrah dari Gaza di Palestina menuju Makkah. Di Makkah, ia mempelajari Alquran dan berhasil menghafalkannya saat berusia 7 tahun. Kemudian sang ibu mengirim anaknya ke pedesaan yang bahasa Arabnya masih murni. Sehingga bahasa Arab beliau pun menjadi fasih.

Setelah itu, ibunya memperhatikannya agar bisa berkuda dan memanah. Jadilah ia seorang pemanah ulung. Dari seratus anak panah pernah ia muntahkan dari busurnya, tak satu pun meleset dari sasaran.

Ibu Al Imam Asy Syafi’I tidak pernah meninggalkan urusan berlalu begitu saja, akan tetapi dipenuhi dengan kedisiplinan dalam mendidik. Imam Malik akhirnya memperbolehkan Imam Asy Syafi’i muda untuk berfatwa dalam usia baru lima belas tahun.

Pengorbanan dan perhatian ibu Al Imam Asy Syafi’i tidak sia-sia. Di usia yang muda keberhasilan pada diri beliau sudah tampak. Dan selanjutnya Al Imam Asy Syafi’i pun dikenal sebagai seorang ulama besar.

📚 KISAH IBU IMAM AHMAD BIN HANBAL

Ibu Imam Ahmad bernama Shafiyah binti Maimunah binti Abdul Malik. Ayahnya wafat di usia muda, tiga puluh tahun. Ibunya pun hidup menjanda dan enggan menikah lagi, walaupun usianya belum mencapai tiga puluh tahun. Ia hanya ingin fokus memenuhi kehidupannya untuk anaknya dengan kehidupan yang baik. Maka jadilah Imam Ahmad sebagai ulama Muwahhidin, Imam Ahlussunnah Wal Jama’ah, beliaulah imam Ahmad rahimahullah.

📚 KISAH IBU IMAM AL BUKHARI

Imam Al Bukhari tumbuh besar sebagai seorang yatim. Ibunyalah yang mengasuhnya. Ibunya mendidiknya dengan pendidikan yang terbaik. Ibunya yang mengurus keperluannya, mendoakannya, dan memotivasinya untuk belajar dan berbuat baik.

Saat Imam Al Bukhari berusia enam belas tahun, ibunya mengajak beliau safar ke Makkah. Kemudian meninggalkan putranya di negeri haram tersebut. Ibunya pun meninggalkan Imam Al Bukhari agar putranya mengambil ilmu dengan lisan orang-orang Makkah, maka kelak Al Bukhari pun kembali ke negerinya dalam keadaan dia sudah menjadi ulama besar ahli hadits.

Lihatlah bagaimana mereka tumbuh menjadi ulama besar, bahkan tanpa keberadaan sosok ayah di samping mereka. Ini semua adalah berkat keutamaan dari Allah subhanahu wata’ala kemudian juga karena kepedulian dan kegigihan seorang ibu terhadap pendidikan anak mereka. Peran ibu dalam mendidik anak sangatlah penting untuk bisa membawa mereka menuju keberhasilan.

Wallahu a’lam bisshawab.

📚 Referensi kisah dari: www.islamstory.com/ar/امهات-خالدات-في-التاريخ-الاسلامي

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
َابهم، أمر تعالى بالحذر منهم، والصَفْحِ عنهم والعَفْوُ، فإن في ذلك، من المصالح ما لا يمكن حصره.

"Karena menaati istri dan anak-anak menimbulkan kemudaratan bagi seorang hamba dan adanya peringatan dari hal tersebut, bisa jadi memunculkan anggapan bahwa istri dan anak-anak hendaknya disikapi secara keras, serta harus dihukum. Namun ternyata, Allah Subhanahu wa Ta’ala hanya memerintahkan untuk waspada dari mereka, memaafkan mereka dan mengampuni mereka. Maka sesungguhnya pada sikap memaafkan semacam ini akan muncul maslahat-maslahat yang tidak terhitung banyaknya."

🖊 Jadi, kesimpulan ayat di atas bahwa seorang kepala keluarga harus mewaspadai keburukan yang muncul dari anak-anak dan istrinya. Kadang kecintaannya yang berlebihan kepada anak dan istrinya bisa melalaikan seseorang dari Allah bahkan membuat dia melenceng dari perintah Allah.

Namun apabila memang anak dan istrinya menyebabkan perkara tersebut, hendaknya dia tidak terburu-buru menghukum atau bersikap keras kepada mereka. Hendaknya dia bersabar dan memaafkan, karena di balik sikap memaafkan ini ada banyak kemaslahatan.

Wallahu a’lam.


#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
SERIGALA DI MASA KITA LEBIH GANAS, MAKA WASPADALAH!

👉🏻Di dalam Al Qur’an Allah ceritakan kekhawatiran Nabi Ya’qub ‘alaihissalam ketika akan melepas putranya Yusuf untuk pergi bermain bersama saudaranya.

Allah berfirman,

قَالُوا يَا أَبَانَا مَا لَكَ لَا تَأْمَنَّا عَلَى يُوسُفَ وَإِنَّا لَهُ لَنَاصِحُونَ (11) أَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ (12) قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ وَأَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَأَنْتُمْ عَنْهُ غَافِلُونَ (13)

"Mereka berkata, "Wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang mengingini kebaikan baginya. Biarkanlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar dia (dapat) bersenang-senang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya.

Berkata Ya'qub, "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku, dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya." (Yusuf: 11-13)

💖 Nabi Ya'qub sebagai seorang bapak mengkhawatirkan anaknya untuk bersama orang yang tidak akan menjaganya.

Beliau berkata,

قَالَ إِنِّي لَيَحْزُنُنِي أَنْ تَذْهَبُوا بِهِ وَأَخَافُ أَنْ يَأْكُلَهُ الذِّئْبُ وَأَنْتُمْ عَنْهُ غَافِلُونَ

"Berkata Ya'qub, "Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku, dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya." (Yusuf: 13)

WAHAI AYAH, serigala di masa kita lebih banyak, lebih ganas, dan lebih licik makarnya.

🔥WAHAI AYAH, tidakkah engkau memiliki kekhawatiran terhadap anakmu sama dengan kekhawatiran Nabi Ya’qub?

💥Perhatikanlah selalu keadaan anak-anak kita!

Jangan biarkan mereka di jalan-jalan!

Jangan biarkan dia berada di tempat-tempat maksiat!

Jangan biarkan dia bergaul dengan sembarangan orang!

Jangan biarkan serigala-serigala yang penuh makar menerkamnya!!

💥WAHAI AYAH!

Wajib bagimu untuk mengontrol anak-anakmu, dengan siapa mereka berteman, di mana mereka bergaul, agar mereka tidak terjerumus kepada perbuatan yang membahayakan dunia, apalagi akhirat mereka.

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
Lantas bagaimana caranya agar anak tetap bisa dibawa ke masjid dan tidak mengganggu jama’ah? Caranya adalah dengan meletakkan anak di dekat orang tua. Kalau dia sudah diajari shalat yang benar, maka letakkan di samping kanan atau kiri orang tua dalam keadaan anak berwudhu sehingga tidak memutus shaf.

Sebagian orang tidak ridha apabila anak-anak masuk di tengah-tengah shaf orang dewasa, mereka kemudian memindahkan anak-anak yang sudah duduk di depan ke belakang. Ini adalah perbuatan yang keliru.

Asy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin mengatakan,

“Jika engkau mengajak putramu saat dia sudah mumayyiz, maka tempatkan dia di sisimu, yaitu di sampingmu. Sehingga dia tidak bermain-main di masjid. Dalam keadaan ini tidak ada hak bagi seseorang untuk mengakhirkan anak kecil itu dari tempatnya dalam shof, karena sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam,

((مَنْ سَبَقَ إِلَى مَا لَمْ يَسْبِقْ إِلَيْهِ مُسْلِمٌ فَهُوَ أَحَقُّ بِهِ))

“Barangsiapa yang mendahului kepada perkara yang tidak didahului oleh seorang muslim, maka dia lebih berhak dengannya.” (HR. Abu Dawud 3/177)”

Lihat Majmu’ Fatawa Wa Rosail Ibni Utsaimin (12/325).

Maka dari sini kita ketahui bahwa anak itu tidak boleh dipindahkan, apalagi jika anaknya tidak mengganggu dan bahkan didampingi orang tuanya.

Namun apabila dia belum bagus shalatnya, dan tidak dalam keadaan berwudhu, maka diletakkan di depannya, di luar shaf karena keberadaannya akan memutus shaf shalat berjama’ah.

Dengan menaruh anak di dekatnya, diharapkan anaknya tidak mengganggu jama’ah lainnya ketika sedang shalat berjama’ah.

Wallahu a’lam bisshawab.

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
🌸Ketika Mereka Terlebih Dahulu Meninggalkan Kita🌺

👉🏻Ayah-Bunda, terkadang Allah mentaqdirkan anak-anak kita lebih dahulu meninggalkan kita. Walaupun usia mereka masih kecil dan jauh lebih muda daripada ayah-bunda, bisa jadi mereka dahulu yang meninggal dunia.

💞Apabila ini terjadi pada ayah-bunda, maka janganlah larut dalam kesedihan. Bahkan pujilah Allah subhanahu wata’ala atas segala keagungan-Nya, dan beristirja’lah…

💗Ucapkan
إنّا لله وإنّا إليهِ رَاجعُون
Sesungguhnya kami adalah kepunyaan Allah dan kepada Allah jugalah kami kembali). (Al-Baqarah 2:156)

💕Karena sesungguhnya Allah telah menjanjikan rumah di surga bagi orang tua yang melakukannya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِذَا مَاتَ وَلَدُ العَبْدِ قَالَ اللَّهُ لِمَلاَئِكَتِهِ: قَبَضْتُمْ وَلَدَ عَبْدِي، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: قَبَضْتُمْ ثَمَرَةَ فُؤَادِهِ، فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، فَيَقُولُ: مَاذَا قَالَ عَبْدِي؟ فَيَقُولُونَ: حَمِدَكَ وَاسْتَرْجَعَ، فَيَقُولُ اللَّهُ: ابْنُوا لِعَبْدِي بَيْتًا فِي الجَنَّةِ، وَسَمُّوهُ بَيْتَ الحَمْدِ

'Jika anak seorang hamba meninggal, Allah berfirman kepada para malaikat-Nya: “Kalian telah mencabut nyawa anak hamba-Ku. Mereka menjawab; 'Ya.'

Allah berfirman; 'Kalian telah mencabut buah hatinya.'

Mereka menjawab; 'Ya.'

Allah bertanya: 'Apa yang dikatakan hamba-Ku?'

Mereka menjawab; 'Dia memujiMu dan mengucapkan istirja'.'

Allah berkata: 'Bangunlah untuk hamba-Ku sebuah rumah di surga, dan berilah nama dengan Baitul hamd (rumah pujian) (HR. At Tirmidzi, dihasankan oleh Al Albani)

Wallahu a'lam bisshawab.

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

Bergabung yuk, di grup telegram Tarbiyatul Abna!

http://bit.ly/1O3Uz8R
💞Mengapa Akhlaq kepada Keluarga Menjadi Barometer Kebaikan Seseorang?💖

👉🏻Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,

“خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ وَأَنَا خَيْرُكُمْ لِأَهْلِي”

“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya. Dan akulah yang paling baik di antara kalian terhadap keluargaku.” (H.R. Tirmidzi dan dishahihkan oleh Al Albani).

Mungkin sebagian orang bertanya, kenapa Rasulullah menjadikan hubungan seorang kepala keluarga dengan anak istrinya menjadi barometer baiknya seseorang?

📚Penjelasannya adalah sebagai berikut:

👉🏻Watak asli seseorang itu akan lebih ketahuan ketika dia berada di rumahnya. Ini adalah sebuah kaidah yang tidak diragukan lagi.

🙏🏻Seseorang bisa saja berpura-pura berakhlaq baik di luar rumah, kemudian bersabar mempertahankan kepura-puraannya itu. Karena interaksi dia di luar rumah itu hanya sedikit saja. Mungkin interaksinya bersama si A Cuma setengah jam, bersama si B satu jam, bersama si C bisa jadi lebih atau kurang daripada itu.

👥 Di dalam interaksi yang cuma sebentar itu, dia bisa saja bersandiwara, tampil dengan akhlaq yang baik seperti yang dipraktikkan oleh banyak karyawan (yang suka menjilat –pent). Mereka menampakkan karakter dan etika yang baik dan menyembunyikan akhlaq mereka yang jelek.

🗣Akan tetapi, seseorang tidak akan bisa bersandiwara terus-menerus sepanjang waktunya. Dia pasti akan kembali kepada watak aslinya.

🕶Demikian juga ketika berhubungan dengan orang di luar rumah, karena intensitas bercampurnya tidak terlalu sering, maka orang-orang akan lebih menjaga adab, saling menghormati dan memuliakan. Namun orang yang sudah akrab, maka dia tidak akan malu-malu lagi untuk menunjukkan wataknya yang asli.

🗣Oleh karena itu, ketika seseorang berada di tengah keluarganya, maka dia akan menunjukkan wataknya yang asli. Kalau dia memperlakukan anak istrinya dengan baik, maka itulah karakternya memang baik. Sebaliknya kalau dia memperlakukan anak istrinya dengan buruk, maka itulah wataknya yang sebenarnya...

Wallahu a’lam bisshawab.

📚Referensi: Al Mau’izhah Al Hasanah fil Akhlaaqil Hasanah Asy Syaikh Abdul Malik Ar Ramdhani

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
📚TANAMKAN KECINTAAN KEPADA ILMU AGAMA SEJAK DINI

🌟 Anak-anak di usia dini memiliki memori yang kuat. Sudah semestinya kita arahkan untuk menuntut ilmu dan mengajari mereka perkara-perkara agama. Seperti menghafalkan Al Quranul Karim dan sunnah nabi shallallahu ‘alaihi wasallam serta yang terpenting menanamkan aqidah yang benar.

📚 Umat ini amat butuh kepada ulama yang kuat dan dai-dai yang berpandangan luas dengan al-Quran dan sunah. Hal ini tidak akan terwujud selain dengan menuntut ilmu sedini mungkin. Jangan katakan hal ini sulit atau mustahil.

🖋 Berkata Ibnu Muflih rahimahullah,

وَالْعِلْمُ فِي الصِّغَرِ أَثْبَتُ فَيَنْبَغِي الِاعْتِنَاءُ بِصِغَارِ الطَّلَبَةِ لَا سِيَّمَا الْأَذْكِيَاءِ الْمُتَيَقِّظِينَ الْحَرِيصِينَ عَلَى أَخْذِ الْعِلْمِ، فَلَا يَنْبَغِي أَنْ يُجْعَلَ عَلَى ذَلِكَ صِغَرُهُمْ أَوْ فَقْرُهُمْ وَضَعْفُهُمْ مَانِعًا مِنْ مُرَاعَاتِهِمْ، وَالِاعْتِنَاءِ بِهِمْ

"Ilmu yang didapat sejak kecil lebih kuat. Sudah seharusnya memperhatikan pelajar muda, terlebih lagi mereka yang memiliki kecerdasan, penalaran dan semangat menuntut ilmu. Janganlah menjadikan usia dini, kefakiran dan kelemahan mereka sebagai penghalang dalam memperhatikan dan fokus pada mereka." (Al Adaab Asy Syar’iyyah, 1/244)

📚 Referensi:
Tsalatsuna Khuthwah Amaliyah li Tarbiyatil Abna’, Salim Shalih Ahmad Ben Madhi

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.
💞Berbuat Baik sebelum Anak-Anak Dilahirkan💖

قال أبو الأسود الدؤلي لبنيه:

« لقد أحسنت إليكم صغاراً وكباراً وقبل أن تولدوا، قالوا : وكيف أحسنت إلينا قبل أن نولد؟ قال: اخترت لكم من الأمهات من لا تُسبون بها »

💞 Berkata Abul Aswad Ad'duali rahimahullah kepada anak-anaknya..

"Sungguh aku telah berbuat baik kepada kalian baik ketika kalian masih kecil maupun ketika kalian sudah besar, bahkan sebelum kalian dilahirkan..."

Maka anak-anaknya bertanya, "Bagaimana engkau bisa berbuat baik kepada kami sebelum kami dilahirkan?"

Beliau berkata, "Aku telah memilihkan bagi kalian sosok ibu yang kalian tidak akan dicela karenanya.."

📚(Adabud Dunya wad Diin lil Mawardi, hal 157)

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
PENTINGNYA MENCARI GURU YANG SHALIH, YANG MENDOAKAN KEBAIKAN BAGI MURIDNYA

📚 Guru yang shalih selalu mengharapkan kebaikan bagi murid-muridnya. Selain mendidik anak-anaknya di atas Al Quran dan As Sunnah, maka dia pun tidak lupa untuk mendoakan kebaikan bagi murid-muridnya.

📝 Disebutkan oleh Al Qadhi Iyadh di dalam kitab beliau Tartiibul Madaarik bahwa Al Imam Abu Ishaq Al Jibyaani –salah seorang ulama Maalikiyyah- bahwa dikhabarkan kepada beliau tentang kisah seorang guru yang baik.

Beliau bertutur…

وبلغنا عن معلم عفيف، رئي وهو يدعو حول الكعبة ويقول: اللهم أيما غلام علمته، فاجعله في عبادك الصالحين، فبلغني أنه خرج على يديه نحواً من تسعين عالم وصالح…

“Sampai kepadaku khabar tentang seorang pengajar yang mulia. Dia pernah terlihat sedang bermunajat di sekitar Ka’bah dengan mengucapkan,

اللهم أيما غلام علمته، فاجعله في عبادك الصالحين

“Ya Allah, jadikanlah setiap anak yang pernah aku ajari sebagai hamba-Mu yang shalih.”

Maka sampailah khabar kepadaku bahwa lahir dari didikannya sekitar sembilan puluh ulama dan orang-orang shalih.”

📚 Sumber: Tartiibul Madaarik, 6/246.

Sudahkah kita serahkan pendidikan anak-anak kita kepada guru-guru yang shalih?

Relakah kita apabila anak-anak kita diajari oleh para pelaku maksiat, kebid'ahan bahkan kekufuran?

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
💔MEREKA TAKKAN MENEMANIMU SELAMANYA...

📚Diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari dan Muslim dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Muhammad shallallahu alaihi wassalam bersabda,

يتبع الميت ثلاث فيرجع اثنان ويبقى واحد يتبعه أهله وماله وعمله فيرجع أهله وماله ويبقى عمله

“Mayat itu diikuti oleh tiga golongan. Yang dua akan kembali dan satu akan tetap menemaninya. Dia akan diikuti oleh keluarganya, hartanya dan amalnya. Maka keluarga dan hartanya akan kembali pulang sementara amalnya akan tetap menemaninya ”.

Berkata Al Imam Ibnu Rajab rahimahullah...

وتفسير هذا: أن ابن آدم في الدنيا، لابد له من أهل يعاشرهم، ومال يعيش به. فذان صاحبان يفارقانه ويفارقهما. فالسعيد: من اتخذ من ذلك ما يعينه على ذكر الله تعالى، وينفعه في الآخرة. فيأخذ من المال ما يبلغ به إلى الآخرة، ويتخذ زوجة صالحة تعينه على إيمانه. فأمَّا من اتخذ أهلاً ومالاً يشغله عن الله تعالى، فهو خاسر؛ وكما قالت الأعراب شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْ لَنَا [الفتح: 11]. وقال تعالى: لا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلا أَوْلادُكُمْ عَنْ ذِكْرِ اللهِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ [المنافقون: 9].

📚“Tafsir hadits ini adalah bahwa anak Adam mesti memiliki keluarga yang selalu bergaul dengan dirinya dan juga harta sebagai bekal hidupnya. Dua teman ini suatu saat akan meninggalkannya dan dia pun akan terpisah dari dua sahabatnya ini.

💕Maka orang yang berbahagia adalah orang yang menjadikan keluarga dan hartanya untuk membantu dia mengingat Allah ta’ala dan memberikan manfaat kepadanya di akhirat. Dia akan pergunakan hartanya sebagai bekalnya di kehidupan akhirat, dia akan mencari pasangan yang shalih yang membantu dia menjaga keimanannya.

💵Sebaliknya orang yang harta dan keluarganya justru menyibukk dirinya, membuat dia melalaikan Allah subhanahu wata’aala, maka dia temasuk orang yang rugi.

Sebagaimana firman Allah subhanahu wata’aala tentang orang-orang Arab Badui:

شَغَلَتْنَا أَمْوَالُنَا وَأَهْلُونَا فَاسْتَغْفِرْلنَا

"Harta dan keluarga kami telah menyibukkan kami, maka mohonkanlah ampun untuk kami…”. (Al Fath: 11).

Allah subhanahu wata’aala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُلْهِكُمْ أَمْوَالُكُمْ وَلَا أَوْلَادُكُمْ عَن ذِكْرِ اللَّهِ وَمَن يَفْعَلْ ذَلِكَ فَأُوْلَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang membuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi.” (Al Munafiqun: 9).

📚SUMBER:
شرح حديث يتبع الميت ثلاث لابن رجب الحنبلي

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
💞Dengan Apa Kau Merawatku?💞

💗Seorang gadis menikah lalu dia pun memiliki beberapa anak. Dia pun lantas merasakan beratnya mendidik anak serta besarnya tanggung jawab dirinya. Maka dia pun mendatangi ibunya dan bertanya, "Wahai ibu, bagaimana engkau bisa merawat kami (anak-anakmu)?"

💓Maka ibunya yang telah berusia tujuh puluh tahun dalam keadaan yang sudah sangat tua dan lemah menjawab, "Wahai putriku, aku merawat kalian dengan doa...")*

Ya Allah, jawaban ini benar-benar telah meringkas penjelasan yang panjang lebar.

)* Maksudnya bahwa mendidik anak adalah tanggung jawab yang besar, yang tidak akan bisa ditunaikan oleh orang tua tanpa adanya pertolongan dari Allah. Maka hendaknya mereka senantiasa berdoa, meminta kemudahan dari Allah agar bisa melaksanakannya. Wallahu a'lam (pent.)

Text asli:
تزوجت البنت وصار عندها أولاد، وشعرت بتعب تربية الأولاد، وعظم المسؤولية، فجاءت إلى أمها تسألها : يا أمي ... كيف ربيتينا؟

قالت الأم ، وهي في السبعين من عمرها، وقد وهن عظمها، وضعف جسمها: ربيتكم يا بنتي بالدعاء.

يا الله ... كم اختصر هذا الجواب الكثير من الكلام ...

Wallahu a’lam bisshawab.

📚Referensi: Laman FB Syaikh Muhammad Bazmul

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
📋 Resume Kajian Islamic Parenting

"PENGARUH ORANG TUA YANG SHALIH TERHADAP ANAK"

Keshalihan orang tua ternyata memiliki pengaruh terhadap anak. Keshalihan orang tua akan membawa keberkahan bagi sang anak, sebaliknya kemaksiatan yg dilakukan oleh orang tua akan melahirkan kemalangan dan problematika serta penyimpangan pada diri anak.

💛 Anak dari orang tua yang shalih akan Allah beri penjagaan seperti yang Allah ceritakan dalam kisah nabi musa alalihissalaam,

وَأَمَّا الْجِدَارُ فَكَانَ لِغُلَامَيْنِ يَتِيمَيْنِ فِي الْمَدِينَةِ وَكَانَ تَحْتَهُ كَنْزٌ لَهُمَا وَكَانَ أَبُوهُمَا صَالِحًا فَأَرَادَ رَبُّكَ أَنْ يَبْلُغَا أَشُدَّهُمَا وَيَسْتَخْرِجَا كَنْزَهُمَا رَحْمَةً مِنْ رَبِّكَ

“Adapun dinding rumah itu adalah kepunyaan dua orang anak yatim di kota itu, dan di bawahnya ada harta benda simpanan bagi mereka berdua, sedang ayahnya adalah seorang yang saleh, maka Rabb mu menghendaki agar supaya mereka sampai kepada kedewasaannya dan mengeluarkan simpanannya itu, sebagai rahmat dari Rabbmu” (Al Kahfi: 82)

Ada dua anak yatim yang ditinggal orang tuanya. Walaupun bapaknya sudah meninggal dunia, harta dua anak yatim itu tetap dijaga oleh Allah. Apa sebabnya? Sebabnya karena keshalihan bapaknya.

💚 Demikian juga, seseorang yang shalih yang mengelola harta anak yatim dengan amanah, maka sebagai balasannya, Allah akan jaga anak keturunannya. Allah berfirman,

وَلْيَخْشَ الَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعَافًا خَافُوا عَلَيْهِمْ فَلْيَتَّقُوا اللَّهَ وَلْيَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًا

“Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar (dalam mengelola harta anak yatim).” (An Nisa: 9)

💙 Hendaknya orang tua terutama ayah selektif dalam mencari nafkah. Jangan sampai dia mencari nafkah dari hal-hal yang haram sehingga makanan, minuman dan pakaiannya berasal dari hal-hal yang haram. Harta haram ini akan menghalangi terkabulnya doa dia bagi anak-anaknya.

كَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

Nabi menceritakan keadaan seseorang yang melakukan safar panjang, rambutnya kusut, mukanya berdoa, menengadahkan tangan ke langit dan berkata, ‘Wahai Rabbku, wahai Rabbku.’ Sedangkan makanannya haram, minumannya haram, pakaiannya haram, diberi gizi dari yang haram, maka bagaimana bisa diterima doanya?!” (H.R Muslim)

Maka layakkah bagi para ayah dan ibu mengangkat tangan kepada Allah berdoa untuk kebaikan anaknya, sementara tangannya berlumuran dosa kezhaliman dan keharaman?

Layakkah para ayah dan para ibu mengucapkan doa bagi kebaikan anaknya sementara lisan yang dia pakai berdoa, dia pakai juga untuk mencela kehormatan sesama muslim, mengghibah, mengadu domba, melakukan fitnah dan kejahatan-kejahatan lainnya?

💜 Sebagian salaf memperbanyak shalat bagi anaknya. Maksudnya mereka memperbanyak amalan shalih untuk kemudian mendoakan anak anaknya di dalam shalat mereka.

🏡 Demikian juga orang tua yang gemar membaca Al Quran di rumah mereka, maka rumahnya akan senantiasa dinaungi malaikat dan dijauhi para syaithan sehingga anak-anak pun mendapat penjagaan.

💔 Sementara rumah yang kosong dari tilawatul Quran atau malah diisi dengan suara-suara musik, maka rumah seperti ini akan dijauhi para malaikat dan jadi sasaran empuk para syaithan. Kalau syaithan sudah menyerang, maka anak-anak pun akan dengan mudah menyimpang, dan terjerumus pada kemaksiatan dan kerusakan.

Wallahu a'lam.

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
PENTINGNYA PENGAJARAN ADAB BAGI ANAK - Islam adalah agama yang sempurna. Ajarannya meliputi segenap aspek kehidupan manusia. Dari perkara yang besar sampai perkara yang paling kecil. Di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim rahimahullah, dari sahabat Salman Al Farisi radhiyallahu ‘anhu bahwasanya beliau pernah ditanya oleh kaum musyrikin.

قَالُوا لِسَلْمَانَ : قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ كُلَّ شَىْءٍ حَتَّى الْخَرَاءَةَ. فَقَالَ : أَجَلْ ، قَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ بِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ ، وَنَهَانَا أَنْ يَسْتَنْجِىَ أَحَدُنَا بِأَقَلَّ مِنْ ثَلاَثَةِ أَحْجَارٍ ، وَنَهَانَا أَنْ نَسْتَنْجِىَ بِرَجِيعٍ أَوْ بِعَظْمٍ. رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Mereka bertanya kepada Salman, “Sungguh nabi kalian telah mengajarkan kalian segala sesuatunya sampai-sampai cara buang hajat?”

Salman menjawab, “Benar! Beliau telah melarang kami untuk menghadap kiblat baik ketika buang air besar maupun buang air kecil dan melarang kami untuk beristinja’ (membersihkan kotoran) dengan batu kurang dari tiga biji, dan melarang kami beristinja’ dengan kotoran hewan atau tulang.” (HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan tentang sempurnanya ajaran yang dibawa oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sungguh Allah ta’ala telah menjelaskan dalam Al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya tentang pokok dan cabang dari agama ini. Allah ta’ala dan Rasul-Nya telah menjelaskan tentang tauhid, kewajiban untuk mengesakan-Nya. Demikian juga Allah dan Rasul-Nya telah mengajarkan segala macam adab, etika dalam perikehidupan manusia.

Ketika bermajelis Alla ta’ala memerintahkan kepada kita untuk berlapang-lapang sebagaimana firman-Nya,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قِيلَ لَكُمْ تَفَسَّحُوا فِي الْمَجَالِسِ فَافْسَحُوا يَفْسَحِ اللَّهُ لَكُمْ

“Hai orang orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu: ‘Berlapang lapanglah dalam majelis’, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu.” (Al Mujadalah: 11 )

Ketika ingin memasuki rumah seseorang, Allah perintahkan kita untuk meminta izin dan memberi salam terlebih dahulu kepada penghuninya. Allah berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَدْخُلُوا بُيُوتًا غَيْرَ بُيُوتِكُمْ حَتَّى تَسْتَأْنِسُوا وَتُسَلِّمُوا عَلَى أَهْلِهَا ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

“Hai orang orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu, sebelum kamu minta izin dan memberi salam kepada penghuninya, yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu selalu ingat.” (An Nur: 27–28)

Oleh karena itu pengajaran adab kepada anak-anak termasuk perkara yang harusnya menjadi prioritas para orang tua dan pendidik. Hendaknya sedari kecil anak-anak sudah diajari dan dibiasakan untuk menghiasai dirinya dengan adab-adab Islami.

Di dalam sebuah hadits, Rasulullah shallallahu alaihi wasalam mengajarkan bagaimana adab makan yang benar kepada anak tiri beliau Umar bin Abi Salamah. Ketika itu Umar makan dengan adab yang kurang baik, maka Rasulullah shallallahu alaihi wasallam menegur beliau

يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ

“Wahai anak, sebutlah nama Allah, dan makanlah dengan tangan kananmu, serta makanlah yang ada di hadapanmu.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)

Ini menunjukkan bahwa pengajaran adab hendaknya benar-benar diperhatikan oleh para pendidik dan orang tua.

Untuk itu insya Allah secara bertahap, kita akan sajikan artikel-artikel tentang adab Islami yang kiranya bias bermanfaat bagi para orang tua, tidak hanya bagi diri mereka sendiri, tapi juga untuk mendidik anak-anak mereka di atas adab yang baik sesuai dengan apa yang dituntunkan di dalam Al Qur’an was Sunnah.

Semoga Allah memberikan kemudahan bagi kita semua di dalam menyebarkan kebaikan.

Akhukum,

Wira Mandiri Bachrun.

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
ah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian salah seorang dari keduanya melihat ada tempat kosong di tengah majelis lalu ia duduk padanya.

Sementara yang lain, duduk di bagian belakang, sedangkan yang ketiga berlalu pergi meninggalkan majelis. Maka tatkala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah selesai, beliau bersabda:

“Maukah kalian jika aku memberitahukan kalian tentang tiga orang ini? Adapun salah seorang dari mereka, maka ia kembali kepada Allah subhanahu wata’ala lalu Allah subhanahu wata’ala memberinya tempat. Adapun yang kedua, maka ia merasa malu maka Allah subhanahu wata’ala pun merasa malu darinya. adapun yang lain, maka ia berpaling, maka berpalinglah Allah subhanahu wata’ala darinya.” (Muttafaqun ‘alaih)

Jadi hendaknya sang murid bersemangat mencari tempat yang terdekat dengan gurunya. Bukan malah menjauh, atau ingin enaknya saja mencari senderan di tiang-tiang atau dinding masjid.

5. Fokus dengan Apa yang Disampaikan sang Guru

Ini adab yang banyak dilalaikan. Di majelis ilmu, masih sering kita melihat orang-orang yang hadir sibuk dengan HP, ngobrol dengan temannya, atau sibuk dengan perkara lainnya.

Ketika belajar, seorang penuntut ilmu hendaknya mencatat pelajaran, faidah-faidah apa saja yang disampaikan oleh gurunya. Kalau dia mampu, dia salin juga dalil-dalil yang disebutkan oleh gurunya. Dengan demikian ilmu yang dia peroleh terdokumentasikan dengan baik, dan mudah baginya ketika ingin mengulang-ulang pelajaran.

Dahulu para salaf ketika menghadiri majelis ilmu, mereka tidak melakukan apa pun kecuali fokus dengan apa yang disampaikan oleh sang guru. Disebutkan bahwa di majelis Abdurrahman bin Mahdi, tidak ada seorangpun yang berdiri, tidak ada seorangpun yang meruncingkan pena, tidak ada yang tersenyum, tidak ada yang bangkit. Seakan-akan di kepala mereka ada burung atau seakan-akan mereka berada dalam shalat karena demikian khusyuknya mereka.

6. Selain Mengambil Ilmu, Hendaknya Mempelajari Adab sang Guru

Para salaf terdahulu, mereka tidak hanya mengambil ilmu dari guru mereka. Akan tetapi juga mengambil atau mempelajari gerak-gerik sang guru agar mereka bisa meneladi akhlaq dan adabnya.

Al Imam Adz Dzahabi rahimahullahu dalam Siyar A’lamin Nubala’ menceritakan bahwa dahulu yang menghadiri majelis Al Imam Ahmad ada sekitar 5000 orang atau lebih. 500 orang menulis pelajaran sedangkan sisanya hanya mengambil contoh bagaimana adab dan kepribadian beliau.

7. Berusaha Melengkapi Catatan apabila Ketinggalan atau Tidak Bisa Hadir

Seseorang hendaknya menghadiri sebuah majelis sampai selesai. Kalau dia mampu hendaknya tidak meninggalkan majelis, agar faidah yang diberikan oleh sang guru bisa dia dapatkan semua.

Namun apabila ada urusan yang harus dia selesaikan atau dia tidak bisa menghadiri majelis karena alasan tertentu maka hendaknya dia melengkapi catatannya dari rekan-rekannya yang lain.

Diriwayatkan oleh Imam Al Bukhari bahwasaya Umar bin Al Khattab radhiyallahu berkata,

“Dahulu Aku dan tetanggaku seorang Anshar yang berasal dari bani Umayyah bin Zaid, kami saling bergantian mendatangi majelis Rasulullah. Ia datang pada suatu hari dan aku pada hari lainnya. Apabila aku yang menghadiri majelis, akan aku sampaikan kepadanya tentang wahyu dan penjelasan lainnya pada hari itu. Apabila ia yang datang, ia pun melakukan hal yang sama.”

Lihatlah bagaimana semangat Umar agar tidak tertinggal sedikitpun dari faidah yang diberikan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

Wallahu a’lam bisshawab, semoga yang sedikit ini bisa menjadi pengingat bagi kita semua agar faidah dari majelis ilmu bisa kita peroleh seoptimal mungkin.

Jogjakarta, 11 Rabiul Akhir 1438 H – 10/01/2017

Akhukum fillah,

Wira Mandiri Bachrun.

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
*SIBUKKAN ANAK KITA DENGAN KEGIATAN POSITIF* –Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,

ويجنبه الكسل والبطالة والدعة والراحة بل يَأْخُذهُ بأضدادها وَلَا يريحه إِلَّا بِمَا يجم نَفسه وبدنه للشغل فَإِن الكسل والبطالة عواقب سوء ومغبة نَدم وللجد والتعب عواقب حميدة إِمَّا فِي الدُّنْيَا وَإِمَّا فِي العقبى وَإِمَّا فيهمَا فأروح النَّاس أتعب النَّاس وأتعب النَّاس أروح النَّاس فالسيادة فِي الدُّنْيَا والسعادة فِي العقبى لَا يُوصل إِلَيْهَا إِلَّا على جسر من التَّعَب

“Hendaknya para orang tua menjauhkan anaknya dari sifat malas, suka menganggur, sifat manja dan suka bersantai-santai.

Akan tetapi sebaliknya, jangan biarkan dia beristirahat melainkan setelah fisik dan jiwanya lelah setelah dia sibuk dengan aktivitasnya.

Karena sesungguhnya kemalasan dan sering menganggur adalah penyebab keburukan dan penyesalan. Sebaliknya keseriusan serta kelelahan akan melahirkan dampak yang positif, baik bagi dunia atau akhiratnya, bahkan untuk dunia dan akhiratnya sekaligus.

Orang yang sekarang suka bersantai-santai, kelak akan menjadi orang yang paling capek.

Sebaliknya orang yang rajin, kelak dia akan menjadi orang yang bersantai-santai.

Seseorang tidak akan mendapatkan kemuliaan di dunia serta kebahagiaan di akhirat tanpa harus melewati jembatan keletihan.” *(Tuhfatul Maudud, hal 241)*

Apa yang disampaikan oleh beliau ini, selaras dengan pepatah yang sering diajarkan oleh orang tua kita dahulu.

“Berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian... Bersakit dahulu, bersenang-senang kemudian..”

Sibukkan anak kita dengan berbagai kegiatan positif.

Buat mereka lelah dengan apa yang bermanfaat bagi masa depan mereka di dunia dan akhirat.

Wallahu a’lam bisshawab.

Akhukum,
*Wira Mandiri Bachrun*

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R
MENGHUKUM ANAK

Soal:

Maaf ustadz izin bertanya. Tepatkah bagi seorang pendidik, atau orang tua, selalu menghukum setiap kesalahan yg dilakukan oleh anak? Alasannya karena si anak itu sering mengulang-ulang kesalahan, dan biar jera katanya. Tapi nyatanya anak itu belum jera juga meskipun hukumannya ditambah.

Jazakallohu khoiron atas jawabannya ustadz.

JAWAB:

Dalam mendidik anak, hendaknya para orang tua tidak selalu memberikan hukuman kepada sang anak setiap kali melakukan kesalahan. Orang tua hendaknya melihat terlebih dahulu apa yang menjadi latar belakang anak melakukan kesalahan tersebut. Tidak langsung memberi hukuman.

Anak terkadang melakukan kesalahan karena:

1. Tidak tahu kalau itu adalah sebuah kesalahan

2. Perlu pembiasaan

3. Kondisi dia sedang tidak stabil, ingin mencari perhatian orang tua

4. Lalai atau lupa

Oleh karena itu Rasulullah tidaklah menetapkan hukuman pukul bagi anak yang meninggalkan shalat melainkan setelah proses pembiasaan terlebih dahulu. Diperintahkan untuk shalat di usia 7 tahun, baru boleh dipukul di usia 10 tahun. Tidak langsung dipukul.

Demikian juga ketika Al Hasan cucu beliau makan kurma shadaqah, nabi hanya menyuruhnya membuang kurma tersebut tanpa melakukan penghukuman.

Demikian juga ketika Umar bin Abi Salamah makan dengan kurang adab, Rasulullah hanya mengarahkan tapi tidak melakukan penghukuman.

Kesimpulan dari ini semua, jangan mudah memberikan hukuman kepada anak. Namun pelajari latar belakangnya terlebih dahulu. Setelah itu diperbaiki dengan nasihat sesuai dengan kadar nalar sang anak. Kalau memang harus dihukum, berilah hukuman yang cocok dengan kesalahan yang dilakukan, jangan berlebihan. Dan ini membutuhkan pembahasan yang cukup mendetail dan berbeda-beda pada setiap kasus.

Wallahu a’lam bisshawab.

Akhukum,
*Wira Mandiri Bachrun*

#islamicparenting
#wiramandiribachrun
#tarbiyatulabna

👉🏻Dapatkan artikel-artikel seputar Islamic Parenting (Metodologi Pendidikan Anak Islami) dengan bergabung di Channel TarbiyatulAbna.

🌎 http://bit.ly/1O3Uz8R