Kitab - Al-Ittijahul Ilmani fi Ulumil Qur'an.pdf
9.1 MB
Kitab "Al-Ittijahul Ilmani fi Ulumil Qur'an" (الاتجاه العلماني في علوم القرآن) adalah sebuah karya yang ditulis oleh Muhammad Abdullah Draz, seorang cendekiawan Muslim dari Mesir. Kitab ini mengupas tentang pendekatan sekuler dalam studi ilmu-ilmu Al-Qur'an. Muhammad Abdullah Draz dikenal karena usahanya dalam mengeksplorasi dan menerangkan Al-Qur'an melalui pendekatan yang memadukan kajian tradisional dan kontemporer, sering kali melibatkan kritis dan analisis kontekstual.
Selamat buat temen² Rabbanians yang sudah membersamai kami, Alhamdulillah kita mendapatkan Initiative Award dari Human Initiative 🥰🥰
SOSOK MAHLA’EL (CICIT NABI SYITS)
Nabi Syits adalah saudara Habil dan Qabil, beliau dilahirkan setelah peristiwa kematian Habil karena kejahatan saudaranya, Qabil. Dikatakan bahwa usia beliau mencapai 920 tahun. Ketika ajalnya datang dia berwasiat kepada anaknya, Anusy (Enos), maka dia melaksanakan perintah Allah. Kemudian setelahnya adalah anaknya, Qanin (Kenan). Kemudian anaknya, Mahla’il, dialah orang yang diklaim merupakan moyang bangsa Persia. Dia menguasai tujuh daerah, dia juga merupakan orang pertama yang menebang pohon, membangun kota dan benteng besar. Dia yang membangun kota Babilonia dan kota Sus Al-Aqsha (begeri Khazastan, kelak terdapat kuburan Nabi Daniel), dikatakan bahwa dia mengalahkan iblis dan bala tentaranya lalu mengusir mereka dari bumi. Ia pernah membunuh makhluk sejenis yang membangkang dan menentangnya. Ia memiliki mahkota kerajaan yang agung dan pernah berpidato di hadapan manusia. Ia memegang kekuasaan selama 40 tahun lamanya.Ketika dia meninggal, tampuk kepemimpinan diwariskan oleh anaknya, Yarid.
𝐒𝐞𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢:
https://rabbanians.id/kisah-nabi
𝑫𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒍𝒂 +750 𝑬𝒃𝒐𝒐𝒌 𝑰𝒔𝒍𝒂𝒎𝒊 𝒈𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔
_________
Share apabila bermanfaat, semoga amal jariyyah :)
Nabi Syits adalah saudara Habil dan Qabil, beliau dilahirkan setelah peristiwa kematian Habil karena kejahatan saudaranya, Qabil. Dikatakan bahwa usia beliau mencapai 920 tahun. Ketika ajalnya datang dia berwasiat kepada anaknya, Anusy (Enos), maka dia melaksanakan perintah Allah. Kemudian setelahnya adalah anaknya, Qanin (Kenan). Kemudian anaknya, Mahla’il, dialah orang yang diklaim merupakan moyang bangsa Persia. Dia menguasai tujuh daerah, dia juga merupakan orang pertama yang menebang pohon, membangun kota dan benteng besar. Dia yang membangun kota Babilonia dan kota Sus Al-Aqsha (begeri Khazastan, kelak terdapat kuburan Nabi Daniel), dikatakan bahwa dia mengalahkan iblis dan bala tentaranya lalu mengusir mereka dari bumi. Ia pernah membunuh makhluk sejenis yang membangkang dan menentangnya. Ia memiliki mahkota kerajaan yang agung dan pernah berpidato di hadapan manusia. Ia memegang kekuasaan selama 40 tahun lamanya.Ketika dia meninggal, tampuk kepemimpinan diwariskan oleh anaknya, Yarid.
𝐒𝐞𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢:
https://rabbanians.id/kisah-nabi
𝑫𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒍𝒂 +750 𝑬𝒃𝒐𝒐𝒌 𝑰𝒔𝒍𝒂𝒎𝒊 𝒈𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔
_________
Share apabila bermanfaat, semoga amal jariyyah :)
Katanya ka'bah dahulu pernah menjadi gereja karena dahulu ada patung Yesus dan Maria. Berikut bantahan dan pembahasannya:
https://youtu.be/tfFdiVdDHbU
________
💖 DONASI https://kitabisa.com/rabbaniansid
Dukung channel ini untuk dapat terus berbagi!
https://youtu.be/tfFdiVdDHbU
________
💖 DONASI https://kitabisa.com/rabbaniansid
Dukung channel ini untuk dapat terus berbagi!
𝑴𝒂𝒏𝒖𝒔𝒊𝒂 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝑫𝒊𝒔𝒂𝒏𝒅𝒆𝒓𝒂 𝑱𝒊𝒏
Alkisah, seorang sahabat Anshar pergi untuk menunaikan shalat Isya’ tetapi kemudian menghilang tanpa jejak. Istrinya, dalam kebingungan, menghadap Umar bin Khattab untuk menceritakan kejadian tersebut. Umar pun menanyakan kepada orang-orang dan mendapat konfirmasi bahwa memang benar suaminya telah keluar untuk shalat Isya’ dan sejak itu tidak terlihat lagi. Umar kemudian memerintahkan kepada sang istri untuk menunggu selama empat tahun.
Setelah empat tahun berlalu tanpa kabar, sang istri kembali kepada Umar, dan kali ini Umar memperbolehkannya untuk menikah lagi setelah menjalani masa 'iddah. Sang istri menikah lagi, namun tidak lama setelah itu, suami pertamanya muncul kembali dan menuntut penjelasan dari Umar.
Suami pertamanya menjelaskan bahwa pada malam ia menghilang, dia telah disandera oleh sekelompok jin. Lama kemudian, ia berhasil dibebaskan oleh jin muslim yang menyerang kelompok jin yang menyandera dia. Para jin muslim menyatakan bahwa sebagai muslim, tidak layak untuk ia ditawan. Mereka memberinya pilihan untuk tetap tinggal atau kembali ke keluarganya, dan ia memilih untuk kembali ke Madinah, tiba di kota itu pada pagi hari.
Mendengar penjelasan ini, Umar memberikan pilihan kepada pria itu untuk kembali kepada istrinya atau mengambil kembali maharnya. Pria itu memilih untuk tidak kembali kepada istrinya karena istrinya telah hamil dari suaminya yang baru.
Kisah ini memberikan pelajaran fiqih bahwa jika seorang istri ditinggalkan oleh suaminya tanpa kabar—tidak diketahui apakah ia masih hidup atau telah meninggal—maka istri tersebut harus menunggu selama empat tahun. Setelah itu, ia harus menjalani masa 'iddah selama empat bulan sepuluh hari, dan setelah itu, ia diperbolehkan untuk menikah lagi. Kisah ini menekankan pentingnya kesabaran dan prosedur dalam menangani kasus-kasus seperti hilangnya suami.
Bagikan Cerita ini &
Join grup telegram kami https://tttttt.me/rabbanians
Alkisah, seorang sahabat Anshar pergi untuk menunaikan shalat Isya’ tetapi kemudian menghilang tanpa jejak. Istrinya, dalam kebingungan, menghadap Umar bin Khattab untuk menceritakan kejadian tersebut. Umar pun menanyakan kepada orang-orang dan mendapat konfirmasi bahwa memang benar suaminya telah keluar untuk shalat Isya’ dan sejak itu tidak terlihat lagi. Umar kemudian memerintahkan kepada sang istri untuk menunggu selama empat tahun.
Setelah empat tahun berlalu tanpa kabar, sang istri kembali kepada Umar, dan kali ini Umar memperbolehkannya untuk menikah lagi setelah menjalani masa 'iddah. Sang istri menikah lagi, namun tidak lama setelah itu, suami pertamanya muncul kembali dan menuntut penjelasan dari Umar.
Suami pertamanya menjelaskan bahwa pada malam ia menghilang, dia telah disandera oleh sekelompok jin. Lama kemudian, ia berhasil dibebaskan oleh jin muslim yang menyerang kelompok jin yang menyandera dia. Para jin muslim menyatakan bahwa sebagai muslim, tidak layak untuk ia ditawan. Mereka memberinya pilihan untuk tetap tinggal atau kembali ke keluarganya, dan ia memilih untuk kembali ke Madinah, tiba di kota itu pada pagi hari.
Mendengar penjelasan ini, Umar memberikan pilihan kepada pria itu untuk kembali kepada istrinya atau mengambil kembali maharnya. Pria itu memilih untuk tidak kembali kepada istrinya karena istrinya telah hamil dari suaminya yang baru.
Kisah ini memberikan pelajaran fiqih bahwa jika seorang istri ditinggalkan oleh suaminya tanpa kabar—tidak diketahui apakah ia masih hidup atau telah meninggal—maka istri tersebut harus menunggu selama empat tahun. Setelah itu, ia harus menjalani masa 'iddah selama empat bulan sepuluh hari, dan setelah itu, ia diperbolehkan untuk menikah lagi. Kisah ini menekankan pentingnya kesabaran dan prosedur dalam menangani kasus-kasus seperti hilangnya suami.
Bagikan Cerita ini &
Join grup telegram kami https://tttttt.me/rabbanians
Kitab - Al-Inshof Fima Yajibu I'tiqoduhu.pdf
5.5 MB
Kitab "Al-Inshaf fi ma Yajibu I'tiqaduhu" adalah karya yang dibuat oleh Imam Al-Haramayn Al-Juwayni, seorang ulama terkemuka dalam tradisi Sunni, khususnya dalam mazhab Syafi'i. Al-Juwayni dikenal sebagai salah satu tokoh terkemuka dalam bidang teologi Islam (kalam) dan fiqh. Beliau juga merupakan guru dari Imam Al-Ghazali, salah satu pemikir dan mistikus Islam paling terkenal.
Tidak bisa dibantah lagi, ini bukti² tahrif dalam bible terkuak sudah...
https://youtu.be/Qr2iLb1CmBk?si=G0lsdYgvKcs5hwm5
https://youtu.be/Qr2iLb1CmBk?si=G0lsdYgvKcs5hwm5
MANUSIA PERTAMA YANG MAMPU MENULIS DENGAN PENA
Idris adalah keturunan keenam dari Adam, silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut, Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam. Idris hidup bersama Adam selama 308 tahun. Idris memiliki nama asli Khanukh (Akhnukh).
.
Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa dia adalah orang pertama yang menulis dengan pena, dan manusia pertama yang menjahit baju dan memakainya. Sedangkan manusia sebelumnya memakai pakaian dari kulit binatang. Dia juga adalah orang pertama yang mengerti masalah medis. (Lihat Al Mawsu’ah Al Arabiyah Al Alamiyah 1/379).
.
Ibnu Abbas berkata: "Dawud adalah seorang pembuat perisai, Adam seorang petani, Nuh seorang tukang kayu, Idris seorang penjahit dan Musa adalah penggembala." — Al-Hakim
.
Ia diberikan hak kenabian oleh Allah setelah Adam dan Syits. Namanya disebutkan sebanyak 2 kali dalam Al-Qur'an.
𝐒𝐞𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢:
https://rabbanians.id/kisah-nabi
𝑫𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒍𝒂 +750 𝑬𝒃𝒐𝒐𝒌 𝑰𝒔𝒍𝒂𝒎𝒊 𝒈𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔
_________
Share apabila bermanfaat, semoga amal jariyyah :)
Idris adalah keturunan keenam dari Adam, silsilah lengkapnya adalah sebagai berikut, Idris bin Yarid bin Mahlail bin Qainan bin Anusy bin Syits bin Adam. Idris hidup bersama Adam selama 308 tahun. Idris memiliki nama asli Khanukh (Akhnukh).
.
Ibnu Ishaq menyebutkan bahwa dia adalah orang pertama yang menulis dengan pena, dan manusia pertama yang menjahit baju dan memakainya. Sedangkan manusia sebelumnya memakai pakaian dari kulit binatang. Dia juga adalah orang pertama yang mengerti masalah medis. (Lihat Al Mawsu’ah Al Arabiyah Al Alamiyah 1/379).
.
Ibnu Abbas berkata: "Dawud adalah seorang pembuat perisai, Adam seorang petani, Nuh seorang tukang kayu, Idris seorang penjahit dan Musa adalah penggembala." — Al-Hakim
.
Ia diberikan hak kenabian oleh Allah setelah Adam dan Syits. Namanya disebutkan sebanyak 2 kali dalam Al-Qur'an.
𝐒𝐞𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢:
https://rabbanians.id/kisah-nabi
𝑫𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒍𝒂 +750 𝑬𝒃𝒐𝒐𝒌 𝑰𝒔𝒍𝒂𝒎𝒊 𝒈𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔
_________
Share apabila bermanfaat, semoga amal jariyyah :)
Katanya ka'bah dahulu pernah menjadi gereja karena dahulu ada patung Yesus dan Maria. Berikut bantahan dan pembahasannya:
https://youtu.be/YZg36y-TAIM
_______
💖 DONASI https://kitabisa.com/rabbaniansid
Dukung channel ini untuk dapat terus berbagi!
https://youtu.be/YZg36y-TAIM
_______
💖 DONASI https://kitabisa.com/rabbaniansid
Dukung channel ini untuk dapat terus berbagi!
𝑫𝒊𝒂 𝑴𝒆𝒏𝒊𝒌𝒖𝒏𝒈 𝑻𝒆𝒎𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂 𝑼𝒏𝒕𝒖𝒌 𝑴𝒆𝒏𝒅𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝑲𝒆𝒌𝒂𝒔𝒊𝒉𝒏𝒚𝒂
Mughirah bin Syu’bah, seorang sahabat terkemuka, pernah menceritakan sebuah insiden yang menunjukkan kebijaksanaan dan juga kecerdikannya dalam menangani masalah pribadi. Ketika ia melamar seorang wanita dari Bani Harits bin Ka’ab, seorang pemuda dari suku tersebut hadir dan mendengarkan pembicaraannya. Pemuda tersebut kemudian menasehati Mughirah dengan berkata, "Tuan, wanita itu tidak cocok dengan Anda." Mughirah bertanya alasan di balik pernyataan tersebut, dan pemuda itu menjawab bahwa ia pernah melihat seorang lelaki mencium wanita tersebut.
Mendengar ini, Mughirah membatalkan niatnya untuk melanjutkan lamaran dan melepaskan wanita tersebut. Namun, tidak lama setelah itu, ia mendengar bahwa wanita itu akhirnya menikah dengan pemuda yang sama yang memberi tahu dia tentang ciuman itu. Mughirah penasaran dan mengutus seseorang untuk menanyakan kepada pemuda tersebut, "Bukankah kamu yang mengabarkan kepadaku bahwa kamu melihat seorang lelaki pernah menciumnya, lantas kenapa sekarang kamu malah menikah dengannya?" Pemuda itu kemudian menjelaskan bahwa memang benar ia melihat seorang lelaki mencium wanita tersebut, tetapi lelaki itu adalah ayahnya sendiri.
Kisah ini mengandung pelajaran penting tentang pentingnya memahami konteks sebelum membuat keputusan yang penting, terutama dalam hal pernikahan. Mughirah mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diberikan tanpa mengetahui seluruh konteksnya, yang berpotensi merugikan dirinya sendiri. Kisah ini juga mengingatkan akan pentingnya integritas dan kejujuran dalam memberikan informasi, terutama jika informasi tersebut bisa mempengaruhi keputusan besar dalam hidup seseorang.
Bagikan Cerita ini &
Join grup telegram kami https://tttttt.me/rabbanians
Mughirah bin Syu’bah, seorang sahabat terkemuka, pernah menceritakan sebuah insiden yang menunjukkan kebijaksanaan dan juga kecerdikannya dalam menangani masalah pribadi. Ketika ia melamar seorang wanita dari Bani Harits bin Ka’ab, seorang pemuda dari suku tersebut hadir dan mendengarkan pembicaraannya. Pemuda tersebut kemudian menasehati Mughirah dengan berkata, "Tuan, wanita itu tidak cocok dengan Anda." Mughirah bertanya alasan di balik pernyataan tersebut, dan pemuda itu menjawab bahwa ia pernah melihat seorang lelaki mencium wanita tersebut.
Mendengar ini, Mughirah membatalkan niatnya untuk melanjutkan lamaran dan melepaskan wanita tersebut. Namun, tidak lama setelah itu, ia mendengar bahwa wanita itu akhirnya menikah dengan pemuda yang sama yang memberi tahu dia tentang ciuman itu. Mughirah penasaran dan mengutus seseorang untuk menanyakan kepada pemuda tersebut, "Bukankah kamu yang mengabarkan kepadaku bahwa kamu melihat seorang lelaki pernah menciumnya, lantas kenapa sekarang kamu malah menikah dengannya?" Pemuda itu kemudian menjelaskan bahwa memang benar ia melihat seorang lelaki mencium wanita tersebut, tetapi lelaki itu adalah ayahnya sendiri.
Kisah ini mengandung pelajaran penting tentang pentingnya memahami konteks sebelum membuat keputusan yang penting, terutama dalam hal pernikahan. Mughirah mengambil keputusan berdasarkan informasi yang diberikan tanpa mengetahui seluruh konteksnya, yang berpotensi merugikan dirinya sendiri. Kisah ini juga mengingatkan akan pentingnya integritas dan kejujuran dalam memberikan informasi, terutama jika informasi tersebut bisa mempengaruhi keputusan besar dalam hidup seseorang.
Bagikan Cerita ini &
Join grup telegram kami https://tttttt.me/rabbanians
Bruce Metzger yang referensinya kami gunakan di video ini adalah mentornya Bart D Erhman (penulis Misquoting Jesus) di Princeton Theological Seminary, dan kolaborasi mereka melahirkan buku "The Text of the New Testament: Its Transmission, Corruption, and Restoration" yang secara eksplisit mengulas ayat² bermasalah dan palsu dalam Bible. Cuma bedanya, Bruce sampai akhir hayatnya ttp dihormati sebagai Pakar Bible NT, sedangkan Bart dikritisi dan dianggap sudah keluar dari Kristen, karena karya²nya malah menghancurkan doktein Kristen.
Apapun itu, video ini dibuat dan dikemas secara akademis, bukan asumsi semata.
https://youtu.be/OdnOv2iHu9c?si=zb9ACPEZm3wDTJGT
Apapun itu, video ini dibuat dan dikemas secara akademis, bukan asumsi semata.
https://youtu.be/OdnOv2iHu9c?si=zb9ACPEZm3wDTJGT
Kitab - An-Nisa'ul Muhadditsat.pdf
2.8 MB
Kitab "An-Nisa'ul Muhaddithat" adalah sebuah karya yang mengkaji dan mendokumentasikan peran wanita dalam ilmu hadits, khususnya para wanita yang berstatus sebagai perawi hadits (muhaddithat) dalam sejarah Islam. Kitab ini bertujuan untuk menyoroti kontribusi signifikan wanita dalam penghafalan, penjagaan, dan penyebaran hadits Nabi Muhammad SAW.
TIDAK BENAR NABI IDRIS DIANGKAT KE SURGA, TETAPI….
Firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi,” ayat ini seperti yang telah dijelaskan di dalam hadits riwayat Bukhari-Muslim peristiwa Isra’ Mi’raj bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam melintasinya ketika Idris berada di langit keempat. Al-Imam Ibnu Jarir meriwayatkan dari Yunus, dari Abdul A’la, dari Ibnu Wahab, dari Jarir bin Hazim, dari Al-A’masy, dari Syimr bin Athiyyah, dari Hilal bin Yasaf, dia berkata, Ibnu Abbas bertanya kepada Ka’ab sementara aku berada disitu, “Apa maksud firman Allah tentang Idris, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi,” Ka’ab berkata, “Adapun tentang Idris, sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadanya bahwa: Aku telah mengangkat untukmu setiap hari sebagaimana amalan anak keturunan Adam. Maka Idris suka untuk menambah amalan, kemudian malaikat mendatanginya, lalu Idris berkata, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku begini dan begitu maka katakanlah kepada malaikat maut agar menangguhkanku hingga aku dapat menambahkan amalan-amalanku.” Kemudian malaikat itu membawanya dengan sayapnya naik ke atas langit. Ketika mereka sampai di langit keempat, malaikat maut pun menyambut, maka malaikat yang bersama Idris menyampaikan pesan Idris kepadanya. Malaikat maut berkata, “Dimana Idris?”, dijawab oleh malaikat, “Dia ada di atas punggungku.” Malaikat maut berkata, “Aku takjub karena telah dikatakan kepadaku, cabutlah ruh Idris di langit keempat, kemudian aku berkata, bagaimana mungkin aku mencabut ruhnya di langit keempat sedangkan dia berada di bumi.” Kemudian malaikat mautpun mencabut ruh Idris di langit keempat. Demikianlah, sesuai dengan firmanNya, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”
.
Di dalam tafsir Ibnu Abi Hatim, terdapat tambahan, Idris bertanya kepada malaikat yang membawanya, “Tanyakan kepada malaikat maut berapa sisa umurku?”, maka malaikat pun menanyakan kepada malaikat maut, malaikat maut menjawab, “Aku tidak tahu hingga aku melihatnya.” Kemudian malaikat maut melihatnya dan berkata kepada malaikat yang membawa Idris, “Kau bertanya kepadaku berapa sisa umur seseorang, sesungguhnya umurnya tinggal beberapa saat lagi.” Malaikat pun melihat ke bawah sayapnya untuk melihat Idris dan ternyata nyawanya sudah dicabut namun dia tidak merasakannya. Ibnu Katsir berkata : Riwayat ini israiliyat yang mana di dalamnya terdapat banyak kemungkaran.
.
Sementara itu, Ibnu Abi Najih berkata dari Mujahid dalam firman Allah Ta’ala, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” Dia berkata, Idris diangkat ke langit dalam keadaan hidup, belum dicabut nyawanya sebagaimana ‘Isa Alaihissalam , namun hal ini harus dikaji lebih dalam lagi, adapun jika maksudnya adalah dia diangkat ke langit dalam keadaan masih hidup kemudian dicabut nyawanya disana maka tidak dapat dinafikan dari apa yang diriwayatkan oleh Ka’ab Al-Ahbar. Allahu a’lamu bishawab.
.
Al-Aufi berkata, dari Ibnu Abbas terkait firmanNya, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” Maksudnya dia diangkat ke langit keenam dan wafat disana (4), demikian yang dikatakan Adh-Dhahhak. Namun hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim yang menyebutkan di langit keempat adalah lebih shahih dan sanadnya lebih terpercaya. Al-Hasan berkata tentang firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” Yaitu diangkat ke surga. Sementara yang lain ada yang mengatakan Idris diangkat kepada kehidupan bapaknya, Yard bin Mahla’il.
𝐒𝐞𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢:
https://rabbanians.id/kisah-nabi
𝑫𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒍𝒂 +750 𝑬𝒃𝒐𝒐𝒌 𝑰𝒔𝒍𝒂𝒎𝒊 𝒈𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔
_________
Share apabila bermanfaat, semoga amal jariyyah :)
Firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi,” ayat ini seperti yang telah dijelaskan di dalam hadits riwayat Bukhari-Muslim peristiwa Isra’ Mi’raj bahwa Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam melintasinya ketika Idris berada di langit keempat. Al-Imam Ibnu Jarir meriwayatkan dari Yunus, dari Abdul A’la, dari Ibnu Wahab, dari Jarir bin Hazim, dari Al-A’masy, dari Syimr bin Athiyyah, dari Hilal bin Yasaf, dia berkata, Ibnu Abbas bertanya kepada Ka’ab sementara aku berada disitu, “Apa maksud firman Allah tentang Idris, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi,” Ka’ab berkata, “Adapun tentang Idris, sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadanya bahwa: Aku telah mengangkat untukmu setiap hari sebagaimana amalan anak keturunan Adam. Maka Idris suka untuk menambah amalan, kemudian malaikat mendatanginya, lalu Idris berkata, “Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku begini dan begitu maka katakanlah kepada malaikat maut agar menangguhkanku hingga aku dapat menambahkan amalan-amalanku.” Kemudian malaikat itu membawanya dengan sayapnya naik ke atas langit. Ketika mereka sampai di langit keempat, malaikat maut pun menyambut, maka malaikat yang bersama Idris menyampaikan pesan Idris kepadanya. Malaikat maut berkata, “Dimana Idris?”, dijawab oleh malaikat, “Dia ada di atas punggungku.” Malaikat maut berkata, “Aku takjub karena telah dikatakan kepadaku, cabutlah ruh Idris di langit keempat, kemudian aku berkata, bagaimana mungkin aku mencabut ruhnya di langit keempat sedangkan dia berada di bumi.” Kemudian malaikat mautpun mencabut ruh Idris di langit keempat. Demikianlah, sesuai dengan firmanNya, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.”
.
Di dalam tafsir Ibnu Abi Hatim, terdapat tambahan, Idris bertanya kepada malaikat yang membawanya, “Tanyakan kepada malaikat maut berapa sisa umurku?”, maka malaikat pun menanyakan kepada malaikat maut, malaikat maut menjawab, “Aku tidak tahu hingga aku melihatnya.” Kemudian malaikat maut melihatnya dan berkata kepada malaikat yang membawa Idris, “Kau bertanya kepadaku berapa sisa umur seseorang, sesungguhnya umurnya tinggal beberapa saat lagi.” Malaikat pun melihat ke bawah sayapnya untuk melihat Idris dan ternyata nyawanya sudah dicabut namun dia tidak merasakannya. Ibnu Katsir berkata : Riwayat ini israiliyat yang mana di dalamnya terdapat banyak kemungkaran.
.
Sementara itu, Ibnu Abi Najih berkata dari Mujahid dalam firman Allah Ta’ala, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” Dia berkata, Idris diangkat ke langit dalam keadaan hidup, belum dicabut nyawanya sebagaimana ‘Isa Alaihissalam , namun hal ini harus dikaji lebih dalam lagi, adapun jika maksudnya adalah dia diangkat ke langit dalam keadaan masih hidup kemudian dicabut nyawanya disana maka tidak dapat dinafikan dari apa yang diriwayatkan oleh Ka’ab Al-Ahbar. Allahu a’lamu bishawab.
.
Al-Aufi berkata, dari Ibnu Abbas terkait firmanNya, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” Maksudnya dia diangkat ke langit keenam dan wafat disana (4), demikian yang dikatakan Adh-Dhahhak. Namun hadits yang diriwayatkan Al-Bukhari dan Muslim yang menyebutkan di langit keempat adalah lebih shahih dan sanadnya lebih terpercaya. Al-Hasan berkata tentang firman Allah, “Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi.” Yaitu diangkat ke surga. Sementara yang lain ada yang mengatakan Idris diangkat kepada kehidupan bapaknya, Yard bin Mahla’il.
𝐒𝐞𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢:
https://rabbanians.id/kisah-nabi
𝑫𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒍𝒂 +750 𝑬𝒃𝒐𝒐𝒌 𝑰𝒔𝒍𝒂𝒎𝒊 𝒈𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔
_________
Share apabila bermanfaat, semoga amal jariyyah :)
Para Nabi dari tanah Arab menurut Islam berdasarkan hadits Nabi. Siapa bilang Nabi dari tanah Arab hanya Nabi Muhammad saja. Simak disini:
https://youtu.be/aQMod-_c7yE
______
💖 DONASI https://kitabisa.com/rabbaniansid
Dukung channel ini untuk dapat terus berbagi!
https://youtu.be/aQMod-_c7yE
______
💖 DONASI https://kitabisa.com/rabbaniansid
Dukung channel ini untuk dapat terus berbagi!
𝑾𝒂𝒇𝒂𝒕 𝒀𝒂𝒏𝒈 𝑴𝒆𝒏𝒈𝒂𝒈𝒖𝒎𝒌𝒂𝒏
Muhammad bin Muslim bin Warah menceritakan pengalaman saat mendampingi Abu Hatim ar-Razi ketika Abu Zur’ah berada dalam sakratulmaut. Dalam keadaan tersebut, Muhammad mengusulkan untuk menalqin syahadat kepada Abu Zur’ah, namun Abu Hatim merasa malu dan menyarankan agar mereka mengulang hadits, berharap jika Abu Zur'ah mendengar, dia akan dapat menjawab.
Muhammad memulai dengan menyebut sanad hadits, "Menceritakan kepada kami Abu Ashim an-Nabil: Menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Ja’far," namun dia tiba-tiba lupa bagian hadits tersebut seolah-olah belum pernah mendengar atau membacanya. Abu Hatim mencoba melanjutkan, tetapi dia juga mengalami kesulitan yang sama.
Dalam kebingungan itu, Abu Zur’ah yang tampaknya tidak sadar, tiba-tiba membuka matanya dan melengkapi sanad serta matan hadits dengan tepat: "Menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar: Menceritakan kepada kami Abu Ashim an-Nabil: Menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Ja’far dari Shalih bin Abi ’Arib dari Katsir bin Murrah dari Mu’adz bin Jabal berkata: Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa yang akhir ucapannya di dunia La ilaha illa Allah maka dia akan masuk surga.’”
Setelah menyampaikan hadits tersebut, Abu Zur’ah menghembuskan napas terakhirnya. Suasana rumah pun menjadi sangat haru dengan tangisan orang-orang di sekitarnya.
Kisah ini mengilhami bahwa jika seseorang menyibukkan dirinya dengan amalan tertentu sepanjang hidupnya, maka amalan itu akan mendampingi dia hingga akhir hayatnya. Imam Abu Zur’ah, yang selama hidupnya tekun dalam mempelajari hadits, dihormati dengan mengakhirinya dengan mengucapkan sebuah hadits agung. Ini menunjukkan tanda husnul khatimah, yakni akhir yang baik. Kisah ini mengingatkan kita semua akan pentingnya konsistensi dalam amal dan doa untuk kestabilan di saat-saat akhir.
Bagikan Cerita ini &
Join grup telegram kami https://tttttt.me/rabbanians
Muhammad bin Muslim bin Warah menceritakan pengalaman saat mendampingi Abu Hatim ar-Razi ketika Abu Zur’ah berada dalam sakratulmaut. Dalam keadaan tersebut, Muhammad mengusulkan untuk menalqin syahadat kepada Abu Zur’ah, namun Abu Hatim merasa malu dan menyarankan agar mereka mengulang hadits, berharap jika Abu Zur'ah mendengar, dia akan dapat menjawab.
Muhammad memulai dengan menyebut sanad hadits, "Menceritakan kepada kami Abu Ashim an-Nabil: Menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Ja’far," namun dia tiba-tiba lupa bagian hadits tersebut seolah-olah belum pernah mendengar atau membacanya. Abu Hatim mencoba melanjutkan, tetapi dia juga mengalami kesulitan yang sama.
Dalam kebingungan itu, Abu Zur’ah yang tampaknya tidak sadar, tiba-tiba membuka matanya dan melengkapi sanad serta matan hadits dengan tepat: "Menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyar: Menceritakan kepada kami Abu Ashim an-Nabil: Menceritakan kepada kami Abdul Hamid bin Ja’far dari Shalih bin Abi ’Arib dari Katsir bin Murrah dari Mu’adz bin Jabal berkata: Rasulullah bersabda, ‘Barangsiapa yang akhir ucapannya di dunia La ilaha illa Allah maka dia akan masuk surga.’”
Setelah menyampaikan hadits tersebut, Abu Zur’ah menghembuskan napas terakhirnya. Suasana rumah pun menjadi sangat haru dengan tangisan orang-orang di sekitarnya.
Kisah ini mengilhami bahwa jika seseorang menyibukkan dirinya dengan amalan tertentu sepanjang hidupnya, maka amalan itu akan mendampingi dia hingga akhir hayatnya. Imam Abu Zur’ah, yang selama hidupnya tekun dalam mempelajari hadits, dihormati dengan mengakhirinya dengan mengucapkan sebuah hadits agung. Ini menunjukkan tanda husnul khatimah, yakni akhir yang baik. Kisah ini mengingatkan kita semua akan pentingnya konsistensi dalam amal dan doa untuk kestabilan di saat-saat akhir.
Bagikan Cerita ini &
Join grup telegram kami https://tttttt.me/rabbanians
Seorang sahabat Nabi yang dilupakan namun keberadaanya sangat signifikan dalam sirah nabawiyah
https://youtu.be/_omczJHH47s
https://youtu.be/_omczJHH47s
Kitab - Arba'in Fi Ushuluddin - Ar-Razi.pdf
14.7 MB
Kitab "Arba'in Fi Usul al-Din" adalah sebuah karya oleh Fakhr al-Din al-Razi, salah satu cendekiawan dan teolog terkemuka dalam sejarah Islam. Fakhr al-Din al-Razi terkenal dengan kontribusinya yang luas dalam bidang tafsir, teologi, filsafat, dan ilmu kedokteran. Kitab ini berisi empat puluh bab atau diskusi mengenai prinsip-prinsip dasar agama (usul al-din), yang membahas tentang fondasi teologis dan kepercayaan dalam Islam.
NAMA ASLI NABI NUH?
Merujuk pada kitab Jalaluddin As-Suyuti dengan nama Bada-i' az-Zuhur fi Waga-i ad-Duhur pada halaman 51 menjelaskan bahwa nama asli beliau bukanlah Nuh akan tetapi Abdul Ghaffar atau Yasykur. "Imam Kisa'i berkomentar Nama Nabi Nuh adalah Abdul Ghaffar atau Yasykur".
.
Suyuti menceritakan bahwa nama Nuh bukan berasal dari bahasa Arab, tetapi dari bahasa Syam yang artinya “bersyukur” atau “selalu berterima kasih”. Hakim berkata dinamakan Nuh karena seringnya dia menangis, nama aslinya adalah Abdul Ghafar (Hamba dari Yang Maha Pengampun).
.
Sedangkan menurut kisah dari Taurat nama asli Nuh adalah Nahm yang kemudian menjadi nama sebuah kota, kuburan Nuh berada di desa al Waqsyah yang dibangun didaerah Nahm.
.
Nuh mendapat gelar dari Allah dengan sebutan Nabi Allah dan Abdussyakur yang artinya “hamba (Allah) yang banyak bersyukur”.
𝐒𝐞𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢:
https://rabbanians.id/kisah-nabi
𝑫𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒍𝒂 +750 𝑬𝒃𝒐𝒐𝒌 𝑰𝒔𝒍𝒂𝒎𝒊 𝒈𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔
_________
Share apabila bermanfaat, semoga amal jariyyah :)
Merujuk pada kitab Jalaluddin As-Suyuti dengan nama Bada-i' az-Zuhur fi Waga-i ad-Duhur pada halaman 51 menjelaskan bahwa nama asli beliau bukanlah Nuh akan tetapi Abdul Ghaffar atau Yasykur. "Imam Kisa'i berkomentar Nama Nabi Nuh adalah Abdul Ghaffar atau Yasykur".
.
Suyuti menceritakan bahwa nama Nuh bukan berasal dari bahasa Arab, tetapi dari bahasa Syam yang artinya “bersyukur” atau “selalu berterima kasih”. Hakim berkata dinamakan Nuh karena seringnya dia menangis, nama aslinya adalah Abdul Ghafar (Hamba dari Yang Maha Pengampun).
.
Sedangkan menurut kisah dari Taurat nama asli Nuh adalah Nahm yang kemudian menjadi nama sebuah kota, kuburan Nuh berada di desa al Waqsyah yang dibangun didaerah Nahm.
.
Nuh mendapat gelar dari Allah dengan sebutan Nabi Allah dan Abdussyakur yang artinya “hamba (Allah) yang banyak bersyukur”.
𝐒𝐞𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢:
https://rabbanians.id/kisah-nabi
𝑫𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒍𝒂 +750 𝑬𝒃𝒐𝒐𝒌 𝑰𝒔𝒍𝒂𝒎𝒊 𝒈𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔
_________
Share apabila bermanfaat, semoga amal jariyyah :)