Rabbanians ID
9.26K subscribers
371 photos
20 videos
30 files
483 links
Channel @rabbanians.id adalah channel yang berfokus pada pelayanan pendidikan dan berbagi informasi Keislaman. Tujuannya untuk memberikan pemahaman dan meluruskan tuduhan atas agama Islam serta berbagi wawasan Keislaman untuk umat muslim secara umumnya.
Download Telegram
PARA TEOLOG KRISTEN MEMINTA MEMAKLUMI ADANYA KESALAHAN DALAM NASKAH BIBLE

Bukan suatu rahasia lagi bahwa Bible yang ada saat ini sudah mengalami sejarah yang panjang dan rumit, sehingga para teolog dan pengkaji Bible akhirnya meminta kita agar memaklumi dan menerima Bible saat ini apa adanya dibalik ragam polemiknya seperti adanya kesalahan, kesilapan, pengubahan dan sebagainya. Dalam buku "Misquoting Jesus", Bart D Ehrman mengungkapkan bagaimana naskah-naskah Bible yang mengalami distorsi, pengurangan, pengubahan dan penambahan telah terjadi sehingga sulit untuk mencari bagaimana bentuk naskah aslinya. Hal ini merupakan masalah yang besar, bahkan saking besarnya, sejumlah pengkritik naskah mulai menyatakan bahwa mereka sebaiknya menghentikan dahulu segala pembahasan tentang ‘naskah asli’, karena kita tidak akan mengetahuinya, tulisnya.

Gerrit Cornelis van Niftrik & B.J. Boland dalam buku "Dogmatika Masa Kini" juga memberikan pemakluman terhadap kondisi Bible yang kita terima saat ini:

"Kita tidak usah merasa malu, bahwa terdapat pelbagai ke- khilafan di dalam Alkitab: kekhilafan-kekhilafan tentang angka- angka, perhitungan-perhitungan, tahun dan fakta-fakta. Dan tak perlu kita pertanggungjawabkan kekhilafan-kekhilafan itu ber- dasarkan caranya isi Alkitab telah disampaikan kepada kita, se- hingga dapat kita berkata: dalam naskah asli tentulah tidak terdapat kesalahan-kesalahan, tetapi kekhilafan-kekhilafan itu barulah kemudiannya terjadi di dalam turunan-turunan (salinan- salinan) naskah itu. Isi Alkitab, juga dalam bentuknya yang asli, telah datang kepada kita "dengan perantaraan manusia” (Calvin)"

Niftrik dan Boland mengakui bahwa Bible yang kita terima saat ini adalah bible yang sudah mendapati ragam polemik, namun ia memberikan sedikit cercah harapan dengan mengatakan "dalam naskah asli tentulah tidak terdapat kesalahan-kesalahan". Namun walaupun begitu "naskah Asli" itu tidak pernah sampai di tangan kita. Bruce Metger pun ketika mendefinisikan suatu ayat dalam Bible apakah asli atau tidak, dia hanya mengkompromikan pada apa yang tertulis dalam naskah tertua yakni Sinaiticus dan Vaticanus, namun bagaimana bentuk dari "naskah asli" sebelum era dua manuskrip ini, tidak ada yang bisa menguraikannya.

Manuskrip kodeks Sinaiticus dan Vaticanus adalah naskah tertua dari Bible Kristen yang berasal dari abad ke-4. Namun faktanya, sejarah teks Perjanjian Baru dalam tiga ratus tahun pertama sering digambarkan oleh para kritikus teks sebagai "periode kebebasan relatif" atau "periode kreativitas relatif." Selama periode ini, sebagian besar perubahan pada teks Perjanjian Baru, baik yang tidak disengaja maupun disengaja, mulai terjadi. Dalam buku "The Orthodox Corruption Of Scripture: The Effect Of Early
Christological Controversies On The Text Of The New Testament" sebuah buku yang mengungkapkan bagaimana kontroversi fenomena pengubahan teks-teks agama Kristen terjadi menuliskan sebagai berikut:

"(pada tiga ratus abad pertama) Selama isu-isu kristologis (masa-masa perdebatan soal status eksistensi ketuhanan Yesus) masih diperdebatkan, sebelum ada satu kelompok Kekeristenan yang berhasil mendominasi dan sebelum pihak proto-ortodoks menyempurnakan pandangan mereka yang akhirnya berkembang pada abad keempat, kitab-kitab suci Kristen yang sedang beredar dalam bentuk manuskrip sering kali mengalami perubahan. Teks-teks ini tidak kebal terhadap perubahan; sebaliknya, mereka diubah dengan cukup mudah dan sering kali secara signifikan. Sebagian besar perubahan ini terjadi secara tidak sengaja karena ketidaktepatan, kecerobohan, atau kelelahan para penyalin. Namun, ada juga perubahan yang dilakukan secara sengaja, mencerminkan perdebatan teologis yang terjadi pada masa itu"

Pengamatan serupa juga dibuat oleh Harry Gamble dalam buku "Books and Readers in the Early Church: A History of Early Christian Texts". Dia berkata:
"Keluhan tentang pengubahan teks cukup sering ditemukan dalam literatur Kristen awal. Teks Kristen, baik teks-teks Kristen yang bersifat kitab suci maupun non-kitab suci tidak kebal dari proses transmisi yang tidak diatur dengan baik melalui salinan tangan. Bahkan, dalam beberapa hal, teks-teks ini lebih rentan daripada teks biasa, dan bukan hanya karena komunitas Kristen sering kali tidak memiliki juru tulis yang ahli. Meskipun tulisan Kristen umumnya bertujuan untuk mengekspresikan pandangan bersama suatu kelompok, anggota kelompok yang bertindak sebagai editor dan penyalin sering kali merevisi teks sesuai dengan persepsi mereka sendiri. Godaan ini lebih kuat terkait dengan teks-teks religius atau filosofis daripada teks lainnya hanya karena lebih banyak yang dipertaruhkan. Sebagian besar literatur Kristen awal disusun untuk tujuan memajukan sudut pandang tertentu di tengah konflik gagasan dan praktik yang sering muncul di dalam dan antara komunitas Kristen, dan bahkan dokumen yang tidak dirancang secara polemis mungkin tetap digunakan secara polemis. Setiap teks rentan terhadap perbaikan demi membuatnya lebih dapat digunakan dalam situasi kontroversi teologis"

Dari sini dapat dipahami bahwa pada kurun tiga ratus tahun pertama masehi maraknya terjadi pengubahan bahkan pemalsuan bible adalah karena:

1. Belum ada satu kelompok Kristen yang mendominasi. Masing-masing kelompok Kristen memiliki basis dan kekuatan sendiri seperti kaum nestorian, yakobit, melkit, adopsionis, modalism, macionism dll. Masing-masing memiliki naskah kitab sucinya (karena dimasa itu Bible Kristen belum dikanonkan secara sah). Dan dikatakan mereka masing-masing mengubah isi Bible agar isinya sesuai dengan ajaran keyakinan kelompok mereka. Dan Kekristenan yang berhasil bertahan sampai sekarang adalah kelompok Diofisit yang menuhankan Yesus (juga karena dukungan kerajaan Romawi - dulu disebut Melkit), sedangkan kelompok lin sudah musnah baik secara alami maupun dibasmi.

2. Tidak ada aturan resmi bagaimana mentransmisikan teks agama, dan tidak diatur bagaimana penyalinan itu seharusnya dilakukan. Sebagai perbandingan untuk mudah dipahami bagi Muslim, bahwa Quran sedari awal memberikan aturan standar koreksi dua arah; yakni secara teks tulisan dan hafalan mutawatir. Sehingga tiap ada kesilapan terhadap penyalinan tulisan akan mudah dikenali karena dapat divalidasi dengan metode hafalan mutawatir. Hafalan mutawatir adalah ingatan kolektif yang didikumentasikan dalam benak hati oleh banyak penghafal yang bahkan mereka saling tidak kenal. Hal ini semakin diperkuat dengan metode sanad untuk menjaga keotentikan hafalan dan tulisan naskah.

Selengkapnya pembahasan ini disarankan untuk dibaca lebih lanjut dalam ebook kami "Apakah Alkitab Bibel Masih Asli?" pada bab ke tiga. Download disini:

https://rabbanians.id/ebook/Otentikkah-Bible
https://rabbanians.id/ebook/Otentikkah-Bible
https://rabbanians.id/ebook/Otentikkah-Bible

NB: Ebook ini dibuat atas permintaan temen-temen Kristiani yang terus-terusan menuntut kami untuk membuktikan klaim tahrif yang diungkapkan dalam Al-Quran. Semoga ebook ini dapat menjawab rasa penasaran temen-temen dan pertanyaan terkait.
INJIL-INJIL PALSU TAPI TETAP DIYAKINI BENAR SECARA TERBATAS

Jika saat ini kita mengenal hanya ada empat injil/gospel dalam Bible (markus, Lukas, Matius, Yohanes), faktanya karya-karya yang dinamail "injil/gospel" lebih banyak dari itu, namun atas dasar kriteria tertentu hanya empat saja yang memenuhi kualifikasi untuk dikanonkan (disahkan) menjadi bagian dari kitab Bible Perjanjian Baru. Sisanya kemudian disebut sebagai Injil-Injil Apokrif, sedangkan yang disahkan dinamai sebagai Injil-Injil Kanonik. Setidaknya ada 20-an karya yang disebut sebagai "injil-Injil Apokrifa" yang dapat etemen-temen banyak di ebook saya.

Namun pada mulanya, di kalangan sejarawan Kekristenan awal, buku-buku/ karya-karya Apokrifa dianggap sangat berharga, terutama yang hampir masuk ke dalam kanon Bible, seperti karya tulisannya Shepherd of Hermas (Gembala Hermas), Didache, 1 Klemens, 2 Klemens, Surat Barnabas, dan Apokalipsis Petrus. Karya-karya ini sering digunakan secara luas, tetapi tidak selalu dianggap sebagai bagian dari ajaran resmi gereja.

Sekitar tahun 100 Masehi, penulis Kristen awal seperti Ignatius, Polikarpus, dan Irenaeus serta umat Kristen non-Yahudi sudah menganggap Injil dan surat-surat Paulus sebagai kitab suci, tetapi butuh sekitar 200 tahun untuk menentukan daftar lengkap kitab Perjanjian Baru. Selama proses itu, hanya Kitab Wahyu yang sempat ditolak oleh Konsili Laodikia pada 363–364 Masehi karena pengaruh ajaran kelompok Montanis. Pada tahun 367 Masehi, Athanasius menetapkan daftar 27 kitab yang kita kenal sekarang, meskipun ia juga menyebut karya lain seperti Shepherd of Hermas dan Didache sebagai bacaan yang berguna.

Mengenai pengesahan kitab-kitab Perjanjian Baru ini, Bart Ehrman mengatakan:

"... Praktik pemalsuan dalam Kekristenan memiliki sejarah panjang dan masyhur ... perdebatan berlangsung selama tiga ratus tahun ... bahkan di kalangan 'ortodoks' sendiri ada perdebatan besar tentang buku-buku mana yang harus dimasukkan dalam kitab suci" (lihat, Lost Christianities: Battles for Scripture and the Faiths We Never Knew (Oxford University Press, 2003) hlm. 2, 3)

Karena tidak dikanonkan (disahkan sebagai bagian dari kitab suci), injil-injil apokrifa ini kerap dianggap secara populer sebagai "Injil Palsu", istilah apokrifa secara populer sejajar dengan makna "palsu". Namun walaupun dianggap palsu, beberapa informasi dari "injil-injil palsu" ini malah diyakini kebenarannya, padahal hal itu tidak didukung dari data-data yang ada pada kitab-kitab yang kanonik.

Contohnya, Bible tidak memberikan informasi apapun soal siapa nama "nenek-kakek tuhan (orang tuanya Maria)", namun umumnya umat Kristen meyakini nama mereka adalah Hanna dan Yoakim. Faktanya nama ini berasal dari dua "injil palsu" yang disebut Protoevangelium Yakobus dan Injil Yakobus. Keyakinan lain mengenai Maria yang dijadikan keyakinan oleh Kekristenan dan bersumber dari “karya palsu” adalah kisah kematian dan pengangkatan Maria ke Sorga yang dikenal dengan istilah "Dormisi Bunda Tuhan". Keyakinan ini kemudian dijadikan perayaan besar (hari raya) dalam Gereja Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental, dan Gereja Katolik Timur (kecuali gereja-gereja Siria Timur). Keyakinan ini tidak berasal dari kitab Injil kanonik apapun, melainkan dari karya apokrifa yakni Transitus Mariae.

Tradisi dari sumber apokrifa lain yang diyakini dalam Kekristenan adalah cerita turunnya Yesus ke Neraka yang juga dikenal dengan ungkapan "Geger Neraka". Turunnya Kristus ke dunia orang mati disebutkan dalam Pengakuan Iman Rasuli dan Pengakuan Iman Athanasian (Quicumque vult), yang menyatakan bahwa Dia "turun ke dunia orang mati" (descendit ad inferos), meskipun keduanya tidak menyebutkan bahwa Dia membebaskan orang mati. Menurut "The Catholic Encyclopedia" kisah ini pertama kali muncul secara jelas dalam Injil Apokrifa yakni Injil Nikodemus dalam bagian yang disebut Kisah Pilatus.
Ini menunjukkan bahwa beberapa ajaran/tradisi dalam Kristen diambil dari karya-karya yang mereka anggap sebagai injil palsu atau apokrifa. Kita tidak perlu mencari tahu atas dasar apa tradisi-tradisi dari kitab-kitab apokrifa ini kemudian layak diterima.

Hanya saja kita bisa memahami bahwa tidak diceritakan/disebutkan dalam kitab suci bukan berarti itu tidak ada. Maksud saya, hanya karena nama "kakek tuhan" tidak disebutkan dalam Bible, bukan berarti mereka tidak dikenali. Begitu pula, ketika nama Hawa tidak disebutkan dalam Al-Quran bukan berarti Al-Quran tidak mengenali nama istri dari Adam. Hal ini karena nama Hawa secara jelas disebutkan dalam hadits. Bedanya, Al-Quran dan Hadits adalah dua seumebr primer dalam Islam yang membuat semua informasi dalam hadits yang tidak disebutkan dalam Quran bisa dianggap sah. Akan tetapi "Injil-Injil Palsu" dalam kekristenan bukalah sumber primer, yang meninggalkan pertanyaan; 'bagaimana tradisi, ceritad an nama-nama itu bisa dianggap sah untuk diyakini'.

Namun, sekali lagi; ini bukan ranah kita untuk mengkompromikannya. Lebih baik simak saja pembahasannya secara detail di ebook kami dengan judul "Apakah Alkitab Bibel Masih Asli?" pada bab ke tiga. Download disini:

https://rabbanians.id/ebook/Otentikkah-Bible
https://rabbanians.id/ebook/Otentikkah-Bible
https://rabbanians.id/ebook/Otentikkah-Bible

NB: Ebook ini dibuat atas permintaan temen-temen Kristiani yang terus-terusan menuntut kami untuk membuktikan klaim tahrif yang diungkapkan dalam Al-Quran. Semoga ebook ini dapat menjawab rasa penasaran temen-temen dan pertanyaan terkait.
Rabbanians ID
Photo
MUDAHNYA TIMBUL KESALAHAN DALAM MENYALIN BIBLE

Pada pembahasan sebelumnya kita telah melihat bagaimana para teolog Kristen modern pada akhirnya meminta kita untuk memaklumi adanya kesilapan dan kesalahan-kesalahan dalam Bible modern ini akibat dari penyalinan yang tidak terevaluasi dengan baik. Gerrit Cornelis van Niftrik & B.J. Boland dalam buku "Dogmatika Masa Kini" mengatakan "Kita tidak usah merasa malu, bahwa terdapat pelbagai ke-khilafan di dalam Alkitab...

Untuk memahami bagaimana kesilapan dn kekhilafan itu dapat terjadi dan membentuk Bible yang ada modern ini, M.E Duyverman dalam buku "Pembimbing dalam perjanjian Baru", Bab Ilmu Salinan menjelaskan bagaimana kekhilafan mudah sekali terjadi dalam menyalin naskah yang menimbulkan distorsi pada terjemahannya (lihat Pembimbing Ke Dalam Perjanjanjian Baru, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008) hlm.25).

Dikatakan bahwa Naskah-naskah Bible yang ada pada mulanya sangat mentah bahkan pembagian ayat dan pasal baru dimulai pada abad ke 13-16 Masehi. Dan dikatakan:

"Alangkah mudahnya timbul kesalahan! Kami sendiri, waktu menyediakan contoh ini, masih salah. Di samping cara menulis seperti itu, yang menyebabkan mudahnya penyalin membuat kesalahan, maka terdapat lagi kesulitan lain. Dalam bahasa Yunani, adakalanya susunan huruf dapat dibagi dengan cara yang berlainan sehingga terdapat kata-kata yang berlainan: Akibatnya, arti kalimat menjadi berubah."

Dalam kasus ini seperti contohnya Markus 10:40 yang dalam bahasa Yunaninya bertuliskan "OUKESTINEMONDOUNAIALLOISETOIMASTAI" dapat dipahami dengan dua cara:

Pertama, dibaca dengan cara "DOUNAI, ALL (h) OIS (H) ETOIMASTAI" artinya sebagaimana yang digunakan oleh terjemahan LAI Bible Indoensia saat ini yakni "Aku tidak berhak memberikannya. Itu akan diberikan kepada orang-orang bagi siapa itu telah disediakan"

Kedua, dibaca dengan cara "DOUNAI, ALLOIS (H) ETOIMASTAI" artinya "Bukannya hakku memberinya, kepada orang-orang lain sudah isediakan (hak itu)"

Lantas manakah versi bacaan yang benarnya? sayangnya Bible adalah naskah agama yang hanya berpaku pada tulisan dan tidak memiliki jalur koreksi dengan metode hafalan dan sanad untuk melegitimasinya. Duyverman menjelaskan bahwa satu-satunya cara untuk menentukan mana versi bacaan yang benar adalah dengan menyesuaikan pada dogma yang ada. Sehingga versi bacaan versi ditolak dan memilih bacaan versi pertama atas dasar dogmatis. Alasannya "hak yang tidak diberi kepada Yesus, sudah tentu tidak diberi kepada orang lain di samping Yesus."

Untuk memudahkan anda, mari kita lihat bagaimana jadinya jika kasus serupa terjadi dalam Al-Quran?

Pada mulanya, Al-Quran tidak ditulis dengan titik dan baris tanda baca (harakat), sehingga penulisannya sangat mentah walaupun orang Arab mampu membacanya. Contohnya seperti penggalan ayat Quran ini yang ditulis dalam naskah-naskah Quran kuno: "اىاك ىعىد واىاك ىسىعىں". Tulisan "اىاك ىعىد واىاك ىسىعىں" (bahkan tidak dapat dilatinkan) dapat dibaca setidaknya dengan dua versi bacaan:

Pertama dapat dibaca اتاك بعبد واتاك بسبعن (ataaka bi-'abdin wa ataaka bi sab'in) yang artinya "Dia datang kepadamu dengan membawa seorang hamba dan 70 (dinar/dirham)".

Kedua dapat dibaca dengan اياك نعبد واياك نستعين (iyaka a'budu wa-iyaka nasta'in) yang artinya "Kepada-Mu kami menyembah dan kepada-Mu kami memohon pertolongan".

Lantas bagaimana pembaca dan penulis Quran dahulu dapat menentukan bacaan yang benarnya? sangat sederhana, jika ini berada dalam surat Al-Fatihah langsung saja dapat meruju pada riwayat hafalannya dan tidak ada yang memperdebatkannya jika bacaan yang benarnya adalah versi kedua yakni اياك نعبد واياك نستعين (iyaka a'budu wa-iyaka nasta'in). Hal ini karena kita punya double crossceck yakni tulisan (fi sutur) dan hafalan (fi sudur), jika tulisan bermasalah maka riwayat hafalan yang mutawatirnya akan memberikan koreksi dan konfirmasi.
Rabbanians ID
Photo
Hal ini berbeda dengan naskah Bible yang bergantung hanya pada catatan. Oleh karenanya ga mengherankan ketika Origen menemukan ada dua versi bacaan dalam Bible, dia menentukan kebenarannya sendiri berdasarkan kriteria yang ia pahami, bukan dari sumber riwayat. Oleh karenanya tidak mengherankan ada beragam versi terjemahan yang memiliki detail bacaan yang berbeda. Al-Quran walaupun juga memiki ragam bacaan Qiraat, semua versi yang sahih adalah benar karena semua varian bacaanya memiliki sanad riwayat yang dilegitimasi dan dikonfirmasi oleh Rasulullah sendiri.

Maka sangat lucu jika kita melihat saat ini para pendengki Islam merasa sudah begitu sukses untuk menjatuhkan Islam setelah mereka baru mengenali tentang adanya ragam Qiraat. Sementara yang lain merasa paling hebat ketika menemukan naskah-naskah manuskrip Quran yang terdapat penulisan yang berbeda. Mereka masih menagggap bahwa Al-Quran memiliki kriteria yangs ama dengan Bible. Jawabannya tidak!, tradisi transmisi Quran bahkan memiliki dua sumber koreksi dan itu tidak sama dengan tradisi transmisi Bible.

Selengkapnya pembahasan ini disarankan untuk dibaca lebih lanjut dalam ebook kami "Apakah Alkitab Bibel MAsih Asli?" pada bab ke tiga. Download disini:

https://rabbanians.id/ebook/Otentikkah-Bible
https://rabbanians.id/ebook/Otentikkah-Bible
https://rabbanians.id/ebook/Otentikkah-Bible

NB: Ebook ini dibuat atas permintaan temen-temen Kristiani yang terus-terusan menuntut kami untuk membuktikan klaim tahrif yang diungkapkan dalam Al-Quran. Semoga ebook ini dapat menjawab rasa penasaran temen-temen dan pertanyaan terkait
Kitab - Fawa'id Abi Ya'la.pdf
893.1 KB
Kitab "Fawa'id Abi Ya'la" adalah sebuah karya yang ditulis oleh Abu Ya'la al-Khalili, seorang ulama hadits. Kitab ini berisi kumpulan faidah atau manfaat dari berbagai hadits dan athar (perkataan sahabat atau tabi'in) yang telah beliau kumpulkan selama studinya dalam ilmu hadits.

Dalam "Fawa'id Abi Ya'la," penulis mengumpulkan berbagai hadits dan athar yang menyediakan wawasan dan pelajaran penting dalam berbagai aspek kehidupan seorang Muslim. Koleksi ini tidak hanya mencakup hadits tentang ibadah dan etika tetapi juga mencakup tema-tema seperti muamalat (transaksi dan interaksi sosial), akhlak, dan nasihat-nasihat spiritual.
BEGINI UKURAN KAPAL NABI NUH SERTA DESAINNYA

Sebagian ulama salaf berkata, "ketika Allah mengabulkan doa Nabi Nuh, Allah memerintahkan beliau untuk menanam pohon sebagai persiapan bahan untuk membuat kapal. Selanjutnya, beliau menanam pohon dan menunggunya selama seratus tahun. Setelah seratus tahun berlalu, beliau membelah-belah kayu pohon tersebut. Ada pula yang mengatakan selama empat puluh tahun. Wallahualam.
.
Ibn Kathir menukilkan pendapat Ibn Ishaq, Ats-Tsauri, Qatadah, Hasan al-Bashri bahwa besar kapal nabi Nuh adalah 80 hasta, ada yang berpendapat 300 hasta, 600 hasta dan 1200 hasta. Sedangkan tingginyanya 30 hasta dengan bertingkat tiga lantai. Setiap tingkatnya memiliki ketinggian 10 hasta. Lantai dasar untuk menampung berbagai hewan, tengah untuk manusia, dan atas untuk burung-burung. Pintunya di bagian samping dan memiliki atap pada tiap lantainya. Kapal Nabi Nuh terbuat dari kaju jati, ada yang berpendapat dari kayu pohon Shanubar. Bagian luarnya dilapisi ter dan ada haluan kapal untuk menahan gelombang.
.
Sedang Allah sendiri yang mengajarkan Nuh untuk membuat kapal raksasa di zaman teknologi masih begitu minim, sebagaimana bunyi surat al-Mu'minun ayat 26-27
.
Para ulama berbeda pendapat terkait jumlah penumpang bahtera Nabi Nuh, diantaranya :
– Ibnu Abbas berkata bahwa mereka berjumlah 80 orang bersama para istri mereka.
– Ka’ab Al-Ahbar berkata mereka ada 72 orang.
– Sebagian ulama berkata 10 orang.
– Sebagian lagi berkata, Nuh bersama anaknya yang tiga dan Kan’an yang empat yang kemudian tewas tenggelam. Namun perkataan ini bertentangan dengan zhahir ayat, karena ditetapkan bahwa yang turut serta ke dalam bahtera adalah orang-orang yang beriman.
.
Anak-anak Nabi Nuh berjumlah 4 orang, yaitu Ham, Sam, Yafits dan Yaam yang oleh ahli kitab dinamakan Kan’an. Yaam atau Kan’an inilah anak yang durhaka kepada Nabi Nuh yang akhirnya tewas tenggelam. Dan ada perbedaan pendapat mengenai istri Nabi Nuh, ada yang berkata bahwa dia adalah termasuk orang yang tenggelam dan juga termasuk yang sebelumnya dikatakan kekufurannya. Sedangkan ahli kitab berpendapat dia ikut masuk ke dalam bahtera dan kafir setelahnya atau ditangguhkan azab baginya hingga hari kiamat.

𝐒𝐞𝐥𝐞𝐧𝐠𝐤𝐚𝐩𝐧𝐲𝐚 𝐛𝐚𝐜𝐚 𝐝𝐢𝐬𝐢𝐧𝐢:
https://rabbanians.id/kisah-nabi
𝑫𝒂𝒑𝒂𝒕𝒌𝒂𝒏 𝒑𝒖𝒍𝒂 +750 𝑬𝒃𝒐𝒐𝒌 𝑰𝒔𝒍𝒂𝒎𝒊 𝒈𝒓𝒂𝒕𝒊𝒔
_________

Share apabila bermanfaat, semoga amal jariyyah :)
𝑨𝒏𝒕𝒂𝒓𝒂 𝑰𝒔𝒕𝒊𝒈𝒉𝒇𝒂𝒓 𝑨𝒕𝒂𝒖 𝑴𝒆𝒎𝒖𝒋𝒊 𝑨𝒍𝒍𝒂𝒉

Kisah Sirri as-Saqti benar-benar menunjukkan kedalaman empati dan kesadaran spiritual yang luar biasa. Beliau adalah seorang ahli ibadah yang zuhud dan terkenal dengan kesalehannya. Suatu ketika, terjadi kebakaran besar di kota Baghdad yang menghanguskan banyak rumah dan toko. Ketika Sirri mendengar bahwa tokonya selamat dari kebakaran tersebut, secara spontan dia mengucapkan "Alhamdulillah" sebagai ungkapan syukur.

Namun, tidak lama setelah itu, Sirri merenung dan menyadari bahwa responsnya mungkin tidak sepenuhnya tepat mengingat banyak orang lain yang menderita akibat kebakaran itu. Refleksi ini membawanya pada kesimpulan bahwa seharusnya dia merasakan kesedihan atas musibah yang menimpa saudara-saudaranya yang beriman, bukan sekadar bersyukur atas keselamatan diri sendiri. Perasaan inilah yang membuatnya menghabiskan tiga puluh tahun berikutnya memohon ampunan kepada Allah atas respons awalnya tersebut.

Kisah ini mengajarkan tentang pentingnya empati dan solidaritas terhadap penderitaan orang lain, bahkan di saat kita sendiri mungkin merasa lega atau bersyukur atas keberuntungan pribadi. Akhlak Sirri as-Saqti mengingatkan kita bahwa dalam keadaan apapun, kita harus tetap sensitif dan peduli terhadap keadaan orang lain dan tidak merasa senang atau lega atas penderitaan mereka.

Semoga kisah Sirri as-Saqti ini bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk senantiasa menjaga hati dan sikap kita dalam merespons setiap situasi, mengajarkan kita untuk tidak hanya fokus pada keberuntungan atau keselamatan pribadi tapi juga memperhatikan dan merasakan apa yang dialami oleh orang lain.

Bagikan Cerita ini &
Join grup telegram kami https://tttttt.me/rabbanians
Kitab - Daqa'iqul Furuq Al-Lughawiyyah.pdf
12.3 MB
Kitab "Daqa'iq al-Furuq al-Lughawiyyah" adalah sebuah karya yang membahas perbedaan halus dalam bahasa Arab, khususnya dalam konteks penggunaan kata-kata yang serupa tetapi memiliki nuansa makna yang berbeda. Ini adalah sebuah karya yang sangat teknis dan berguna bagi para ahli bahasa, peneliti, dan siapa saja yang tertarik dengan studi linguistik Arab.

Dalam "Daqa'iq al-Furuq al-Lughawiyyah," penulis menyajikan analisis mendalam tentang kata-kata dalam bahasa Arab yang sering kali disalahpahami atau digunakan secara bergantian meskipun ada perbedaan makna yang signifikan. Kitab ini menguraikan perbedaan tersebut dengan memberikan contoh-contoh dari Al-Qur'an, Hadits, dan teks-teks klasik lainnya, serta konteks penggunaannya.
𝑫𝒊𝒌𝒆𝒋𝒂𝒓 𝑼𝒍𝒂𝒓 𝑲𝒂𝒓𝒆𝒏𝒂 𝑴𝒆𝒏𝒈𝒉𝒊𝒏𝒂 𝑯𝒂𝒅𝒊𝒕𝒔 𝑵𝒂𝒃𝒊

Kisah yang diceritakan oleh Imam Dzahabi melalui al-Qadhi Abu Thayyib ini terjadi di Masjid Jami' al-Manshur. Suatu hari, sebuah pengajian sedang berlangsung ketika seorang pemuda dari Khurasan datang dan mempertanyakan tentang masalah 'al-Musharrah', sebuah konsep dalam hukum Islam, dan meminta bukti dalilnya secara langsung. Ketika hadits Abu Hurairah yang berkaitan dengan masalah tersebut dibawakan sebagai jawaban, pemuda yang mengikuti madzhab Hanafi mengejek dengan mengatakan bahwa hadits dari Abu Hurairah tidak dapat diterima.

Belum sempat pemuda tersebut menyelesaikan ucapannya, tiba-tiba sebuah ular besar jatuh dari atap masjid dan memulai kejaran terhadapnya. Para jemaah di masjid berlarian ketakutan. Dalam kepanikan itu, orang-orang yang berada di sekitarnya menyerukan kepada pemuda tersebut untuk bertaubat. Pemuda itu kemudian menyatakan penyesalan dan bertaubat, dan setelah itu ular tersebut menghilang tanpa meninggalkan bekas.

Imam Dzahabi menekankan bahwa Abu Hurairah adalah seorang sahabat Nabi yang memiliki kekuatan hafalan yang luar biasa terhadap hadits-hadits Nabi, yang disampaikannya dengan setia dan akurat. Oleh karena itu, hadits-hadits yang ia sampaikan, termasuk yang berkaitan dengan 'al-Musharrah', harus diterima dan diamalkan. Kisah ini menggambarkan sebuah peristiwa yang menunjukkan pentingnya menghormati para perawi hadits dan memperingatkan terhadap penolakan sembarangan terhadap sumber-sumber hadits yang autentik. Kisah ini juga mengajarkan tentang kekuatan taubat dan perlindungan Allah bagi mereka yang kembali kepada-Nya.

Bagikan Cerita ini &
Join grup telegram kami https://tttttt.me/rabbanians
Kitab - Hadyul Muhibbin ila Siyaroti Sayyidil Mursalin.pdf
5.5 MB
Kitab "Hadyul Muhibbin ila Siyaroti Sayyidil Mursalin" merupakan sebuah karya yang berfokus pada sirah (biografi) Nabi Muhammad SAW. Kitab ini dirancang untuk memberikan gambaran mendetail dan mendalam tentang kehidupan Nabi Muhammad, yang merupakan tokoh sentral dalam Islam, dari kelahirannya hingga wafatnya.

Kitab ini menggabungkan berbagai sumber historis dan hadits untuk menggambarkan berbagai aspek kehidupan Nabi Muhammad, termasuk masa kecilnya, wahyu pertamanya, perjuangannya untuk menyebarkan Islam, migrasinya ke Madinah, pertempuran yang dihadapinya, pengelolaan masyarakat Muslim, serta aspek pribadi dan spiritual dari kehidupannya. Tujuannya adalah untuk memberikan pandangan holistik dan inspiratif mengenai kehidupan Nabi, yang dapat dijadikan teladan oleh umat Muslim.
Prasasti yang anda lihat ini adalah prasasti yang membuktikan bahwa Yesus Kristus itu adalah Isa Al-Masih. Prasasti inkripsi ini ditemukan oleh Dr. Ahmad Jallad di Wadi al Khudari, Yordan, yang menyebut Yesus dengan nama Isa. Berikut pembahasannya:

https://youtu.be/XNLEqw_x6FM

💖 DONASI https://kitabisa.com/rabbaniansid
Dukung channel ini untuk dapat terus berbagi!
Alhamdulilah Ebook baru sudah Rilis!!!

Kali ini kita membaha tentang klaim syubhat misionaris bahwa cerita-cerita dalam Al-Quran tidak sesuai dengan fakta sejarah. Namun sebaliknya, pada ebook ini kita akan melihat bagaimana cerita Al-Quran cukup otetik dan sesuai dengan temuan fakta sejarah dan sebaliknya, Bible sendiri yang bermasalah. Ebook ini berisi 500an halaman dan kita membahas berbagai tema cerita berlatar Mesir kuno seperti kisah Nabi Ibrahim, Yusuf hingga Nabi Musa, dan kita akan melihat bagaimana cerita mereka dalam Al-Quran benar-benar sesuai fakta sejarah, temuan arkeologis dan data historis.

Ini Promo early acces untuk member di channel telegram ini. Klik link dibawah dan pasang kupon "Bismillah99" supaya dapat potongan Rp. 40.000.

DOWNLOAD DISINI:

https://rabbanians.id/ebook/Keakuratan-Sejarah-Quran-1-Kupon
https://rabbanians.id/ebook/Keakuratan-Sejarah-Quran-1-Kupon
https://rabbanians.id/ebook/Keakuratan-Sejarah-Quran-1-Kupon